menubar

MIS BAREGBEG "Membangun karakter bangsa yang inovatif, kreatif, dan kompetitif" - PPDB MIS BAREGBEG Tahun Pelajaran 2024/2025 Menerima Siswa/i Baru dan Pindahan - KLIK UNTUK MENDAFTAR
Tampilkan postingan dengan label Lain-lain. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lain-lain. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Juni 2018

Inilah, Foto Asli Syaikhona Kholil Bangkalan (Mbah Kholil)

Siapa yang tidak mengenal sosok ulama kharismatik maha guru ulama nusantara, dialah Mbah Kholil Bangkalan. Namanya begitu masyhur di seantero Nusantara, namun wajah beliau yang asli masih banyak yang belum tahu.
Sebab foto yang banyak beredar di internet selama ini masih dipertanyakan keasliannya. Sampai akhirnya ditemukanlah foto asli Mbah Kholil di Den Haag, Belanda.
Di lansir dari Times Indonesia, KH. Zubair Muntashor, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Kholil Bangkalan Madura, yang juga adalah cicit dari Syaikh Kholil, berkata “Jadi harus diluruskan bahwa foto itu bukan Kiai Kholil. Tapi foto orang lain, namanya Din Kammuk (Raden Kammuk),” .
“Kekeliruan foto terjadi karena Raden Kammuk memiliki nama lahir yang sama dengan Syaichona KH Mohammad Kholil yakni Holil bin Zainal Alim,” jelasnya.
KH Zubair Muntashor menuturkan Raden Kammuk semasa hidupnya merupakan Khotib Khutbah Jumat di Masjid Agung Sultan Kadirun Bangkalan. Rumahnya, di Jalan Jokotole II RT 12 Kelurahan Demangan.
Menurut beliau, saat awal foto itu beredar, keluarga ‘bani Kholil’ tidak bisa mengklarifikasi ihwal foto itu karena tak satu pun keluarga yang memiliki foto asli Syaichona KH Mohammad Kholil.
Ketika fotonya diupload ke internet, banyak kalangan yang menganggap sosok Raden Kammuk adalah Syaichona KH Mohammad Kholil. Karena pada keterangan caption, orang dalam foto tersebut hanya disebutkan KH Kholil Bangkalan.
“Hanya menurut sejumlah cerita, salah satu cicitnya yaitu KH Mohammad Kholil AG, pendiri Pondok Pesantren Ibnu Kholil, wajahnya sangat mirip dengan Syaichona KH Mohammad Kholil yaitu wajah ke arab-araban dengan hidung mancung,” tuturnya.

Ditemukannya Foto Asli Beliau

Akhirnya sekitar dua bulan lalu, tutur Kiai Zubair, ada seorang warga Bangkalan yang bekerja di kapal pesiar, sempat berkunjung ke musium di Den Haag, Belanda. Dia kemudian memotret beberapa foto tentang Bangkalan yang ada di musium tersebut. Salah satunya, foto Adi Pati Bangkalan bersama sejumlah tokoh di depan Pendopo.
Dalam foto itulah, terdapat sosok bersurban dengan jenggot putih, tepat duduk di samping kanan Adi Pati Bangkalan. Sosok itulah yang kemudian diyakini sebagai Syaichona KH Mohammad Kholil.
Foto Asli Mbah Kholil Bangkalan

Keyakinan makin kuat karena sosok foto di samping kiri Adi Pati dikenali sebagai KH Ghazali Dulkariman atau yang masyhur dengan panggilan Kiai Kalah. Ia kiai yang hidup se zaman dengan Syaichona KH Mohammad Kholil.
“Kami yakin 95 persen foto itu Syaichona KH Mohammad Kholil. Sebab, ada yang bilang foto itu mirip dengan sosok Habib Muhdor asal Bondowoso. Memang mirip sekali. Tapi buat apa habib ada di foto itu. Makanya kami yakin itu foto Syaichona karena Kiai Kalah juga ada di foto itu,” terang Kiai Zubair.
Demi meluruskan kesalahpahaman ihwal foto Syaichona KH Mohammad Kholil di internet, selain lewat berita, Kiai Zubair juga membuat membuat video klip lagu nasyid. Lagunya berisi bantahan bahwa foto yang beredar di internet bukan foto Syaichona KH Mohammad Kholil.
“Kalau ada orang yang masih bersikukuh mengatakan foto di internet itu Syaichona KH Mohammad Kholil, silahkan bawa kesini biar saya jelaskan,” tandasnya.(*)

Dengan demikian semoga simpang siur tentang foto Mbah kholil sudah menjadi terang, dengan klarifikasi dari pihak keluarga ini.

http://www.santripondok.com/2017/08/20/foto-mbah-kholil-bangkalan/

Senin, 09 April 2018

PERIHAL YAYASAN PEDULI PESANTREN

Sehubungan dengan banyaknya pihak yang mengonfirmasi benar tidaknya hasil Bahtsul Masa'il yang membahas tentang YPP Hary Tanoe yang kembali viral belakangan ini, maka dengan ini kami menyatakan bahwa keputusan tersebut benar dikeluarkan oleh LBM Jember. Berikut ini adalah keputusan lengkapnya:
__________________
KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PCNU JEMBER
Tgl 29 Januari 2017
Bertempat di PP. Darul Muhlisin / KH. Muhlisin,
Desa Sumber Kejayan Kec. Mayang Kab. Jember
PENANGGUNG JAWAB:
KH. Muhyiddin Abdusshomad (Rois Syuriah)
DR KH. Abdullah Syamsul Arifin (Ketua Tanfidziyah)
TIM LEMBAGA BAHSUL MASAIL JEMBER
Ketua :Moch Syukri Rifa'i
Wakil Ketua :K. Abdussalam S.Pd.I
Wakil Ketua :K.H Badruttamam M.ag
Sekretaris :Ust. Anwar Sadat S.Ag
Wakil sekretaris :Ust Farij Jauhari
Bendahara : Ust Moch Cholily M.Pd
SIDANG KOMISI
PERUMUS:
Ust Anwar Sadad S.Ag
Moch Syukri Rifaie
Abdul Wahab Ahmad, MHI
MUSHOHHIH:
K. As’adi Turmudzi
K. Mahmulul Huda M.Pd.I.
PERIHAL YAYASAN PEDULI PESANTREN (YPP)

(Pertanyaan diajukan oleh Aswaja NU Center Jember & LBM PCNU Jember)
DESKRIPSI MASALAH:
Akhir-akhir ini kaum muslimin Indonesia dikejutkan oleh pengusaha sekaligus politikus HT, yang mendirikan Yayasan Peduli Pesantren (YPP) yang siap membantu pesantren di seluruh Indonesia dengan dana miliaran rupiah. Hal ini menjadi kontroversial sebab HT adalah seorang non muslim yang berkeinginan menjadi presiden Indonesia selanjutnya. Sebagian pihak muslim mendukung YPP sebab menurutnya penyumbang pesantren tak harus muslim dan bantuan semacam ini memang dibutuhkan oleh banyak pesantren di Indonesia. Sebagian lagi menolaknya sebab curiga dengan motif pemberian tersebut yang diduga sebagai sarana untuk menarik dukungan pesantren pada pemilu mendatang atau setidaknya memperlemah daya tolak dari pesantren. Selain itu kampanye HT juga dilakukan di masjid dalam ruang lingkup pesantren dan tak sedikit para santri yang kedapatan mencium tangannya
PERTANYAAN:
a. Bagaimana status hukum pemberian seorang politikus untuk ormas/yayasan Islam yang diberikan tanpa disertai kontrak politik yang jelas namun terindikasi bertujuan untuk mendapatkan dukungan politis dari para penerima bantuan dalam persaingan pemilihan pemimpin daerah ataupun negara?
JAWABAN :
a. Pemberian seorang politikus yang bertujuan untuk mempengaruhi pilihan seseorang secara tidak benar dalam memilih pemimpin hukumnya haram karena termasuk risywah.
Referensi

(روضة الطالبين جز ٣ ص١٤٤)
ﻓﺮع ﻗﺪ ﺫﻛﺮﻧﺎ ﺃﻥ اﻟﺮﺷﻮﺓ ﺣﺮاﻡ ﻣﻄﻠﻘﺎ، ﻭاﻟﻬﺪﻳﺔ ﺟﺎﺋﺰﺓ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ اﻷﺣﻮاﻝ، ﻓﻴﻄﻠﺐ اﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺣﻘﻴﻘﺘﻴﻬﻤﺎ ﻣﻊ ﺃﻥ اﻟﺒﺎﺫﻝ ﺭاﺽ ﻓﻴﻬﻤﺎ، ﻭاﻟﻔﺮﻕ ﻣﻦ ﻭﺟﻬﻴﻦ، ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﺫﻛﺮﻩ اﺑﻦ ﻛﺞ: ﺃﻥ اﻟﺮﺷﻮﺓ ﻫﻲ اﻟﺘﻲ ﻳﺸﺮﻁ ﻋﻠﻰ ﻗﺎﺑﻠﻬﺎ اﻟﺤﻜﻢ ﺑﻐﻴﺮ اﻟﺤﻖ، ﺃﻭ اﻻﻣﺘﻨﺎﻉ ﻋﻦ اﻟﺤﻜﻢ ﺑﺤﻖ، ﻭاﻟﻬﺪﻳﺔ: ﻫﻲ اﻟﻌﻄﻴﺔ اﻟﻤﻄﻠﻘﺔ.
ﻭاﻟﺜﺎﻧﻲ ﻗﺎﻝ اﻟﻐﺰاﻟﻲ ﻓﻲ «اﻹﺣﻴﺎء» : اﻟﻤﺎﻝ ﺇﻣﺎ ﻳﺒﺬﻝ ﻟﻐﺮﺽ ﺁﺟﻞ ﻓﻬﻮ ﻗﺮﺑﺔ ﻭﺻﺪﻗﺔ، ﻭﺇﻣﺎ ﻟﻌﺎﺟﻞ، ﻭﻫﻮ ﺇﻣﺎ ﻣﺎﻝ، ﻓﻬﻮ ﻫﺒﺔ ﺑﺸﺮﻁ ﺛﻮاﺏ، ﺃﻭ ﻟﺘﻮﻗﻊ ﺛﻮاﺏ، ﻭﺇﻣﺎ ﻋﻤﻞ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﻤﻼ ﻣﺤﺮﻣﺎ، ﺃﻭ ﻭاﺟﺒﺎ ﻣﺘﻌﻴﻨﺎ، ﻓﻬﻮ ﺭﺷﻮﺓ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺒﺎﺣﺎ ﻓﺈﺟﺎﺭﺓ ﺃﻭ ﺟﻌﺎﻟﺔ، ﻭﺇﻣﺎ ﻟﻠﺘﻘﺮﺏ ﻭاﻟﺘﻮﺩﺩ ﺇﻟﻰ اﻟﻤﺒﺬﻭﻝ ﻟﻪ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﺑﻤﺠﺮﺩ ﻧﻔﺴﻪ، ﻓﻬﺪﻳﺔ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﻴﺘﻮﺳﻞ ﺑﺠﺎﻫﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻏﺮاﺽ ﻭﻣﻘﺎﺻﺪ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﺟﺎﻫﻪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﺃﻭ اﻟﻨﺴﺐ، ﻓﻬﻮ ﻫﺪﻳﺔ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺑﺎﻟﻘﻀﺎء ﻭاﻟﻌﻤﻞ، ﻓﻬﻮ ﺭﺷﻮﺓ.
(الحاوي الكبير جز ١٦ ص ٢٨٣)
ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﺒﺎﻃﻞ ﻳﻌﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺬﻟﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﺣﺮﻡ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺒﺬﻭﻝ ﻟﻪ ﺃﺧﺬﻫﺎ، ﻭﻭﺟﺐ ﺭﺩ اﻟﺮﺷﻮﺓ ﻋﻠﻰ ﺑﺎﺫﻟﻬﺎ ﻭﻟﻢ ﻳﺠﺰ ﺃﻥ -ﺗﻮﺿﻊ ﻓﻲ ﺑﻴﺖ اﻟﻤﺎل -إلى أن قال ﻭاﻟﻘﺴﻢ اﻟﺜﺎﻟﺚ: ﺃﻥ ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻳﻬﺎﺩﻳﻪ ﻗﺒﻞ اﻟﻮﻻﻳﺔ ﻓﻬﺬا ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﺿﺮﺏ: ﺃﺣﺪﻫﺎ: ﺃﻥ ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﻳﺨﻄﺐ ﻣﻨﻪ اﻟﻮﻻﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﻋﻤﻞ ﻳﻘﻠﺪﻩ، ﻓﻬﺬﻩ ﺭﺷﻮﺓ ﺗﺨﺮﺝ ﻣﻦ ﺣﻜﻢ اﻟﻬﺪاﻳﺎ ﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺧﺬﻫﺎ، ﺳﻮاء ﻛﺎﻥ ﺧﺎﻃﺐ اﻟﻮﻻﻳﺔ ﻣﺴﺘﺤﻘﺎ ﻟﻬﺎ، ﺃﻭ ﻏﻴﺮ ﻣﺴﺘﺤﻖ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﺭﺩﻫﺎ، ﻭﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻰ ﺑﺎﺫﻟﻬﺎ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻏﻴﺮ ﻣﺴﺘﺤﻖ ﻟﻠﻮﻻﻳﺔ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺴﺘﺤﻘﺎ ﻟﻬﺎ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺴﺘﻐﻨﻴﺎ ﻋﻦ اﻟﻮﻻﻳﺔ ﺣﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺬﻟﻬﺎ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺘﺎﺟﺎ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻟﻢ ﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺬﻟﻬﺎ
(إحياء علوم الدين جز٢ ص١٥٥)
اﻟﺨﺎﻣﺲ ﺃﻥ ﻳﻄﻠﺐ اﻟﺘﻘﺮﺏ ﺇﻟﻰ ﻗﻠﺒﻪ ﻭﺗﺤﺼﻴﻞ ﻣﺤﺒﺘﻪ ﻻ ﻟﻤﺤﺒﺘﻪ ﻭﻻ ﻟﻷﻧﺲ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺇﻧﻪ ﺃﻧﺲ ﻓﻘﻂ ﺑﻞ ﻟﻴﺘﻮﺻﻞ ﺑﺠﺎﻫﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻏﺮاﺽ ﻟﻪ ﻳﻨﺤﺼﺮ ﺟﻨﺴﻬﺎ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﺤﺼﺮ ﻋﻴﻨﻬﺎ ﻭﻛﺎﻥ ﻟﻮﻻ ﺟﺎﻫﻪ ﻭﺣﺸﻤﺘﻪ ﻟﻜﺎﻥ ﻻ ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﺟﺎﻫﻪ ﻷﺟﻞ ﻋﻠﻢ ﺃﻭ ﻧﺴﺐ ﻓﺎﻷﻣﺮ ﻓﻴﻪ ﺃﺧﻒ ﻭﺃﺧﺬﻩ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﻓﺈﻥ ﻓﻴﻪ ﻣﺸﺎﺑﻬﺔ اﻟﺮﺷﻮﺓ ﻭﻟﻜﻨﻬﺎ ﻫﺪﻳﺔ ﻓﻲ ﻇﺎﻫﺮﻫﺎ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﺟﺎﻫﻪ ﺑﻮﻻﻳﺔ ﺗﻮﻻﻫﺎ ﻣﻦ ﻗﻀﺎء ﺃﻭ ﻋﻤﻞ ﺃﻭ ﻭﻻﻳﺔ ﺻﺪﻗﺔ ﺃﻭ ﺟﺒﺎﻳﺔ ﻣﺎﻝ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ اﻷﻋﻤﺎﻝ اﻟﺴﻠﻄﺎﻧﻴﺔ ﺣﺘﻰ ﻭﻻﻳﺔ اﻷﻭﻗﺎﻑ ﻣﺜﻼ ﻭﻛﺎﻥ ﻟﻮﻻ ﺗﻠﻚ اﻟﻮﻻﻳﺔ ﻟﻜﺎﻥ ﻻ ﻳﻬﺪﻱ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻬﺬﻩ ﺭﺷﻮﺓ ﻋﺮﺿﺖ ﻓﻲ ﻣﻌﺮﺽ اﻟﻬﺪﻳﺔ ﺇﺫ اﻟﻘﺼﺪ
ﺑﻬﺎ ﻓﻲ اﻟﺤﺎﻝ ﻃﻠﺐ اﻟﺘﻘﺮﺏ ﻭاﻛﺘﺴﺎﺏ اﻟﻤﺤﺒﺔﻭﻟﻜﻦاﻷﻣﺮﻳﻨﺤﺼﺮ ﻓﻲ ﺟﻨﺴﻪ ﺇﺫ ﻣﺎ ﻳﻤﻜﻦ اﻟﺘﻮﺻﻞ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﺎﻵﻳﺎﺕ ﻻ ﻳﺨﻔﻰ ﻭﺁﻳﺔ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺒﻐﻲ اﻟﻤﺤﺒﺔ ﺃﻧﻪ ﻟﻮ ﻭﻟﻰ ﻓﻲ اﻟﺤﺎﻝ ﻏﻴﺮﻩ ﻟﺴﻠﻢ اﻟﻤﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﺫﻟﻚ اﻟﻐﻴﺮ ﻓﻬﺬا ﻣﻤﺎ اﺗﻔﻘﻮا ﻋﻠﻰ ﺃﻥ اﻟﻜﺮاﻫﺔ ﻓﻴﻪ ﺷﺪﻳﺪﺓ ﻭاﺧﺘﻠﻔﻮا ﻓﻲ ﻛﻮﻧﻪ ﺣﺮاﻣﺎ ﻭاﻟﻤﻌﻨﻰ ﻓﻴﻪ ﻣﺘﻌﺎﺭﺿﺎ ﻓﺈﻧﻪ ﺩاﺋﺮ ﺑﻴﻦ اﻟﻬﺪﻳﺔ اﻟﻤﺤﺼﻨﺔ ﻭﺑﻴﻦ اﻟﺮﺷﻮﺓ اﻟﻤﺒﺬﻭﻟﺔ ﻓﻲ ﻣﻘﺎﺑﻠﺔ ﺟﺎﻩ ﻓﻲ ﻏﺮﺽ ﻣﻌﻴﻦ

b. Bagaimana bila pemberi bantuan merupakan non-muslim yang secara nyata berniat mencalonkan diri sebagai presiden, bolehkah bantuannya untuk ormas/yayasan Islam diterima?
JAWABAN:
Hukum menerima bantuan tersebut adalah haram karena dua pertimbangan berikut:
1. Pemberian tersebut dapat menjadi jalan bagi non muslim untuk menjadi pemimpin.
2. Dapat menyebabkan Terhinanya tokoh dan orang Islam
سلم التوفيق:
ومنها إعانة على المعصية
فيض القدير جز ٣ ص ٤٥٣
3580 - (ﺟﺒﻠﺖ اﻟﻘﻠﻮﺏ) ﺃﻱ ﺧﻠﻘﺖ ﻭﻃﺒﻌﺖ (ﻋﻠﻰ ﺣﺐ ﻣﻦ ﺃﺣﺴﻦ ﺇﻟﻴﻬﺎ) ﺑﻘﻮﻝ ﺃﻭ ﻓﻌﻞ (ﻭﺑﻐﺾ ﻣﻦ ﺃﺳﺎء ﺇﻟﻴﻬﺎ) ﺑﺬﻟﻚ ﻷﻥ اﻵﺩﻣﻲ ﻣﺮﻛﺐ ﻋﻠﻰ ﻃﺒﺎﺋﻊ ﺷﺘﻰ ﻭﺃﺧﻼﻕ ﻣﺘﺒﺎﻳﻨﺔ ﻭاﻟﺸﻬﻮاﺕ ﻓﻴﻪ ﻣﺮﻛﺒﺔ ﻭﻣﻦ ﺭﺅﻭﺱ اﻟﺸﻬﻮاﺕ ﻧﻴﻞ اﻟﻤﻨﻰ ﻭﻗﻀﺎء اﻟﻮﻃﺮ ﻓﻤﻦ ﺑﻠﻎ ﻧﻔﺲ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﺮاﻣﻬﺎ ﻓﻠﻨﻔﺴﻪ ﺃﻗﺎﻣﻬﺎ ﻓﺈﺫا ﺃﺣﺴﻦ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﺻﻔﺖ ﻭﺻﺎﺭﺕ ﻃﻮﻋﺎ ﻟﻪ ﻭﺇﻻ ﻓﻬﻲ ﻛﺎﻟﻜﺮﻩ ﻓﺎﺳﺘﺒﺎﻥ ﺃﻥ الألفة ﺇﻧﻤﺎ ﺗﺘﻢ ﺑﻴﻦ اﻟﻨﻔﻮﺱ ﻛﺄﻧﻬﺎ ﺗﻘﻮﻝ ﺷﺄﻧﻲ اﻟﻠﺬاﺕ ﻻ اﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ﻓﻬﻞ ﻳﺒﺮﻧﻲ ﺃﺣﺪ ﺣﺘﻰ ﺃﺣﺒﻪ ﻗﺎﻝ اﻟﻌﺎﺭﻑ اﺑﻦ ﻋﻄﺎء اﻟﻠﻪ: ﻣﻦ ﺃﺣﺴﻦ ﺇﻟﻴﻚ ﻓﻘﺪ اﺳﺘﺮﻗﻚ ﺑﺎﻣﺘﻨﺎﻧﻪ ﻭﻣﻦ ﺁﺫاﻙ ﻓﻘﺪ ﺃﻋﺘﻘﻚ ﻭﻣﻦ ﺭﻕ ﺇﺣﺴﺎﻧﻪ ﻭﺃﺧﺬ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻣﻦ ﻫﺬا اﻟﺨﺒﺮ (1) ﺗﺄﻛﺪ ﺭﺩ ﻫﺪاﻳﺎ اﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭاﻟﻔﺠﺎﺭ ﻷﻥ ﻗﺒﻮﻟﻬﺎ ﻳﻤﻴﻞ اﻟﻘﻠﺐ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﺑﺎﻟﻤﺤﺒﺔ ﻗﻬﺮا ﻧﻌﻢ ﺇﻥ ﺩﻋﺖ ﺇﻟﻰ ﺫﻟﻚ ﻣﺼﻠﺤﺔ ﺩﻳﻨﻴﺔ ﻓﻼ ﺑﺄﺱ ﻟﻬﺬا اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻗﺼﺔ: ﺃﺧﺮﺝ اﻟﻌﺴﻜﺮﻱ ﻗﻴﻞ ﻟﻷﻋﻤﺶ ﺇﻥ اﻟﺤﺴﻦ ﺑﻦ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﻭﻟﻲ اﻟﻘﻀﺎء ﻓﻘﺎﻝ اﻷﻋﻤﺶ: ﻳﺎ ﻋﺠﺒﺎ ﻣﻦ ﻇﺎﻟﻢ ﻭﻟﻲ اﻟﻤﻈﺎﻟﻢ ﻣﺎ ﻟﻠﺤﺎﺋﻜﻴﻦ ﻭاﻟﻤﻈﺎﻟﻢ ﻓﺒﻠﻎ اﻟﺤﺴﻦ ﻓﻘﺎﻝ: ﻋﻠﻲ ﺑﻤﻨﺪﻳﻞ ﻭﺃﺛﻮاﺏ ﻓﻮﺟﻪ ﺑﻬﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻠﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ اﻟﻐﺪ ﺳﺌﻞ اﻷﻋﻤﺶ ﻋﻨﻪ ﻓﻘﺎﻝ: ﺑﺦ ﺑﺦ ﻫﺬا اﻟﺤﺴﻦ ﺑﻦ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺯاﻥ اﻟﻌﻤﻞ ﻭﻣﺎ ﺯاﻧﻪ ﻓﻘﻴﻞ ﻟﻪ: ﻗﻠﺖ ﺑﺎﻷﻣﺲ ﻣﺎ ﻗﻠﺖ ﻭاﻟﻴﻮﻡ ﺗﻘﻮﻝ ﻫﺬا ﻓﻘﺎﻝ: ﺩﻉ ﻋﻨﻚ ﻫﺬا ﺣﺪﺛﻨﻲ ﺧﻴﺜﻤﺔ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻋﻦ اﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ: ﺟﺒﻠﺖ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮﻩ ﻭﻓﻲ ﺭﻭاﻳﺔ ﺫﻛﺮ ﻟﻷﻋﻤﺶ اﺑﻦ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﻓﻘﺎﻝ: ﺑﺎﻷﻣﺲ ﻳﻄﻔﻒ ﻓﻲ اﻟﻤﻜﻴﺎﻝ ﻭاﻟﻤﻴﺰاﻥ ﻭاﻟﻴﻮﻡ ﻭﻟﻲ ﺃﻣﻮﺭ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻓﻠﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺟﻮﻑ اﻟﻠﻴﻞ ﺑﻌﺚ ﺇﻟﻴﻪ اﺑﻦ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﺼﺮﺓ ﻭﺗﺨﺖ ﺛﻴﺎﺏ ﻓﻠﻤﺎ ﺃﺻﺒﺢ ﺃﺛﻨﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻗﺎﻝ: ﻣﺎ ﻋﺮﻓﺘﻪ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﻘﻴﻞ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻓﻘﺎﻝ: ﺩﻋﻮﻧﻲ منكم
فيض الباري جز ٤ ص ٣٦٦
ينبغي صيانة العالم عن الابتذال وأن المؤمن منهي عن إذلال نفسه فيعبر عن التواضع الذي أثنى الله عليه بالذل وعن التكبر الممقوت عند الله بعز الدين تحريفا للاسم وإضلالا للخلق
.
c. Bolehkah ormas/yayasan islam menerima bantuan dari seorang politikus non-muslim tetapi dengan niat takkan memberikan dukungan politis apapun terhadapnya dalam pemilu mendatang?
JAWABAN :
Hukumnya tetap haram, karena :
1. Yang menjadi acuan hukum adalah niat pemberi bukan penerima
2. Menerima bantuan tersebut akan menimbulkan persepsi adanya dukungan
( إتحاف السادة المتقين الجزء السادس صـ 160-161)
قَالَ التَّقِيُّ السُّبْكِيُّ الْهَدِيَّةُ لَا يُقْصَدُ بِهَا إِلَّا اسْتِمَالَةُ الْقَلْبِ، وَالرَّشْوَةُ يُقْصَدُ بِهَا الْحُكْمُ الْخَاصُّ مَالَ الْقَلْبُ أَمْ لَمْ يَمِلْ. فَإِنْ قُلْتَ الْعَاقِلُ إِنَّمَا يَقْصِدُ اسْتِمَالَةَ قَلْبِ غَيْرِهِ لِغَرَضٍ صَحِيْحٍ، أَمَّا مُجَرَّدُ اسْتِمَالَةِ الْقَلْبِ مِنْ غَيْرِ غَرَضِ أَجْرٍ فَلَا. قُلْتُ: صَحِيْحٌ لَكِنِ اسْتِمَالَةُ الْقَلْبِ لَهُ بِوَاعِثُ، مِنْهَا أَنْ تَرَتَّبَ عَلَيْهِ مَصْلَحَةٌ مَخْصُوْصَةٌ مُعَيَّنَةٌ، كَالْحُكْمِ مَثَلًا، فَهَهُنَا الْمَقْصُوْدُ تِلْكَ الْمَصْلَحَةُ وَصَارَتِ اسْتِمَالَةُ الْقَلْبِ وَسِيْلَةً غَيْرَ مَقْصُوْدٍ، لِأَنَّ الْقَصْدَ مَتَى عُلِمَ بِعَيْنِهِ لَايَقِفُ عَلَى سَبَبِهِ، فَدَخَلَ هَذَا فِيْ قِسْمِ الرَّشْوَةِ. وَمِنْهَا أَنْ تَرَتَّبَ عَلَيْهِ مَصَالِحُ لَا تَنْحَصِرُ، إِمَّا أُخْرَوِيَّةٌ كَالْأُخُوَّةِ فِي اللهِ تَعَالَى وَالْمَحَبَّةِ وَقِيْلَ ثَوَابِهَا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ لِعِلْمٍ أَوْ دِيْنٍ، فَهَذِهِ مُسْتَحَبَّةٌ، وَالْإِهْدَاءُ لَهَا مُسْتَحَبٌّ. وَمِنْهَا أَنْ تَكُوْنَ دُنْيَوِيَّةً كَالتَّوَصُّلِ بِذَلِكَ إِلَى أَغْرَاضٍ لَهُ لَا تَنْحَصِرُ، بِأَنْ يَكُوْنَ الْمُسْتَمَالُ قَلْبُهُ صَاحِبَ جَاهٍ. فَإِنْ كَانَ جَاهُهُ بِالْعِلْمِ وَالدِّيْنِ فَذَلِكَ جَائِزٌ. وَهَلْ هُوَ جَائِزٌ بِلَا كَرَاهَةٍ أَوْ بِكَرَاهَةِ تَنْزِيْهٍ اقْتَضَى كَلَامُ الْغَزَالِيِّ فِي الْإِحْيَاءِ الثَّانِيْ. وَمُرَادُهُ فِي الْقَبُوْلِ فِي الْهَدِيَّةِ. وَهُوَ صَحِيْحٌ، لِأَنَّهُ قَدْ يَكُوْنُ أَكَلَ بِعِلْمِهِ أَوْ دِيْنِهِ. أَمَّا الْبَاذِلُ فَلَايُكْرَهُ لَهُ ذَلِكَ. وَإِنْ كَانَ جَاهُهُ بِأَمْرٍ دُنْيَوِيٍّ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ وِلَايَةً بَلْ كَانَ لَهُ وِجَاهَةٌ بِمَالٍ أَوْ صِلَّةٌ عِنْدَ الْأَكَابِرِ وَيَقْدِرُ عَلَى نَفْعِهِ، فَهَذَا لَايُكْرَهُ الْإِهْدَاءُ إِلَيْهِ لِهَذَا الْغَرَضِ. وَأَمَّا قَبُوْلُهُ فَهُوَ أَقَلُّ كَرَاهَةً مِنَ الَّذِيْ قَبْلَهُ. بَلْ لَا تَظْهَرُ فِيْهِ كَرَاهَةٌ، لِأَنَّهُ لَمْ يَأْكُلْ بِعِلْمِهِ وَ لَا دِيْنِهِ، وَإِنَّمَا هُوَ أَمْرٌ دُنْيَوِيٌّ وَلَمْ يَخْرُجْ مِنْ حَدِّ الْهَدِيَّةِ فَلَا كَرَاهَةَ. (فَإِنْ كَانَ جَاهُهُ لِوِلَايَةٍ تَوَلَّاهَا مِنْ قَضَاءٍ أَوْ عَمَلٍ أَوْ وِلَايَةِ صَدَقَةٍ أَوْ جِبَايَةِ مَالٍ أَوْ غَيْرِهِ مِنَ الْأَعْمَالِ السُّلْطَانِيَّةِ حَتَّى وِلَايَةِ الْأَوْقَافِ مَثَلًا، وَكَانَ لَوْلَا تِلْكَ الْوِلَايَةُ لَكَانَ لَايَهْدِيْ إِلَيْهِ، فَهَذِهِ رَشْوَةٌ عُرِضَتْ فِيْ مَعْرَضِ الْهَدِيَّةِ، إِذِ الْقَصْدُ بِهَا فِي الْحَالِ طَلَبُ التَّقَرُّبِ وَاكْتِسَابُ الْمَحَبَّةِ، وَلَكِنْ لِأَمْرٍ يَنْحَصِرُ فِيْ جِنْسِهِ. إِذْ مَا يُمْكِنُ التَّوَصُّلُ إِلَيْهِ بِالْوِلَايَاتِ لَا يَخْفَى. وَآيَةُ أَنَّهُ لَا تَبْقَى الْمَحَبَّةُ إِلَّا بِهِ أَنَّهُ لَوْ وَلِيَ فِي الْحَالِ غَيْرُهُ لَسَلِمَ الْمَالُ إِلَى ذَلِكَ الْغَيْرِ، فَهَذَا مِمَّا اتَّفَقُوْا عَلَى أَنَّ الْكَرَاهَةَ شَدِيْدَةٌ، وَاخْتَلَفُوْا فِيْ كَوْنِهِ حَرَامًا، وَالْمَعْنَى فِيْهِ مُتَعَارِضٌ. فَإِنَّهُ دَائِرٌ بَيْنَ الْهَدِيَّةِ الْمَحْضَةِ وَبَيْنَ الرَّشْوَةِ الْمَبْذُوْلَةِ فِيْ مُقَالَبَةٍ جَاهٍ مَحْضٍ فِيْ غَرَضٍ مُعَيَّنٍ. وَإِذَا تَعَارَضَتِ الْمُشَابِهَةُ الْقِيَاسِيَّةُ وَعَضُدَتِ الْأَخْبَارُ وَالْآثَارُ أَحَدُهَمَا تَعَيَّنَ الْمَيْلُ إِلَيْهِ). وَعِبَارَةُ السُّبْكِيِّ فِيْ فَصْلِ الْمَقَالِ: وَإِنْ كَانَ جَاهُهُ وِلَايَةً وَلَمْ يَقْصِدْ حُكْمًا مِنْهُ وَإِنَّمَا قَصَدَ اسْتِمَالَةَ قَلْبِهِ عَسَى أَنْ يَنْتَفِعَ بِهِ وَفِيْ مُهِمَّاتِهِ وَيَنَالَ بِمَحَبَّتِهِ خَيْرًا فَهَذَا مَحَلُّ التَّرَدُّدِ، يَحْتَمِلُ أَنْ يُقَالَ أَنَّهُ هَدِيَّةٌ لِكَوْنِهِ لِيَسِ لَهُ غَرَضٌ خَاصٌّ، وَيَحْتَمِلُ أَنْ يُقَالَ هُوَ رَشْوَةٌ لِكَوْنِ الْمُهْدَى إِلَيْهِ فِيْ مَظِنَّةِ الْحُكْمِ. فَاسْتَدَلَّ الْغَزَالِيُّ بِحَدِيْثِ ابْنِ اللُّتْبِيَّةِ عَلَى التَّحْرِيْمِ وَيَكُوْنُ هَذَا. وَإِنْ كَانَ الْقَصْدُ اسْتِمَالَةَ الْقَلْبِ مِنْ قَصْدٍ خَاصٍّ خَرَجَ مِنْ قِسْمِ الْهَدِيَّةِ وَدَخَلَ فِيْ قِسْمِ الرَّشْوَةِ بِالْحَدِيْثِ. وَالَّذِيْ أَقُوْلُهُ أَنَّ هَذَا قِسْمٌ مُتَوَسِّطٌ بَيْنَ الْهَدِيَّةِ وَالرَّشْوَةِ صُوْرَةً حُكْمًا وَأَنَّ حَكْمَهُ أَنْ يَجُوْزَ الْقَبُوْلُ وَيُوْضَعَ فِيْ بَيْتِ الْمَالِ، وَحُكْمَ مَا سِوَاهُ مِنَ الْهَدَايَا يَؤْخَذُ وَيَتَمَلَّكُهُ الْمُهدَى لَهُ، وَحُكْمَ الرَّشْوَةِ أَنْ لَا يَأْخُذَ بَلْ يَرُدَّ إِلَى صَاحِبِهَا. وَإِنَّمَا صَارَ حُكْمُ الْقِسْمِ الْمُتَوَسِّطِ هَكَذَا بِالْحَدِيْثِ. وَسِرُّهُ أَنَّهُ بِالنِّسْبَةِ إِلَى صُوْرَتِهِ جَازَ الْأَخْذُ لِأَغْرَاضِ الْمُعْطِيْ عَنْهُ وَعَدَمِ مُتَعَلِّقِ قَصْدِهِ بِعِوَضٍ خَاصٍّ، وَبِالنِّسْبَةِ إِلَى مَعْنَاهُ وَأَنَّ الْمُعْطَى لَهُ نَائِبٌ عَنِ الْمُسْلِمِيْنَ جُعِلَتْ لِلْمُسْلِمِيْنَ بِأَنْ كَانَ وَلِيًّا عَامِلًا أَوْ قَاضِيًا، وَإِنْ كَانَ عَامِلَ الصَّدَقَةِ جُعِلَتْ فِي الصَّدَقَاتِ الَّذِيْ هُوَ نَائِبٌ عَنْ أَصْحَابِهَا. فَإِنْ قُلْتَ: فَإِذَا كَانَ الْمُهْدَى إِلَيْهِ غَيْرَ حَاكِمٍ؟ قُلْتُ: إِنْ كَانَ نَائِبُهُ أَوْ حَاجِبُهُ أَوْ مَنْ نَدَبَهُ وَوَلَاهُ اتِّصَالَ الْأُمُوْرِ وَمَا أَشَبَهَ ذَلِكَ، فَهُوَ مِثْلُهُ. وَعَلَى الْجُمْلَةِ كُلُّ مَنْ تَوَلَّى وِلَايَةً يَتَعَيَّنُ عَلَيْهِ ذَلِكَ الْفِعْلُ فِيْهَا أَوْ يَجِبُ وَإِنْ لَمْ يَتَعَيَّنْ، كَمَا إِذَا كَانَ اثْنَانِ فِيْ وَظِيْفَةٍ يَحْرُمُ عَلَى كُلٍّ مِنْهُمَا أَنْ يَأْخُذَ عَلَى شُغْلٍ مِمَّا يَجِبُ أَوْ يَحْرُمُ. فَإِنْ قُلْتَ: فَإِنْ كَانَ مِمَّا لَايَجِبُ وَلَا يَحْرُمُ بَلْ يَجُوْزُ، هَلْ يَجُوْزُ الْأَخْذُ عَلَيْهِ؟ قُلْتُ: هَذَا فِيْ حَقِّ الْمُتَوَلِّي عَزِيْزٌ فَإِنَّهُ يَحِبُ عَلَيْهِ رِعَايَةُ الْمَصَالِحِ. فَمَتَى ظَهَرَتْ مَصْلَحَةٌ فِيْ شَيْءٍ وَجَبَ وَمَتَى ظَهَرَ خِلَافُهَا حَرُمَ، وَمَتَى أَشْكَلَ وَجَبَ النَّظْرُ. فَأَيْنَ يُوْجَدُ فِيْ فِعْلِ الْقَاضِيْ وَنَحْوِهِ مِمَّنْ يَلِي أُمُوْرَ الْمُسْلِمِيْنَ مِمَّا يُتَخَيَّرُ بَيْنَ فِعْلِهِ وَتَرْكِهِ عَلَى سَبِيْلِ التَّشَهِّي، وَإِنْ فُرِضَ ذَلِكَ فَيَحْرُمُ الْأَخْذُ عَلَيْهِ أَيْضًا لِأَنَّهُ نَائِبٌ عَنِ اللهِ تَعَالَى فِيْ ذَلِكَ الْفِعْلِ فَكَمَا لَا يَأْخُذُ عَلَى حِلِّهِ لَايَأْخُذُ عَلَى فِعْلِهِ. وَأَعْنِيْ بِهَذَا مَا يَتَصَرَّفُ فِيْهِ الْقَاضِيْ غَيْرَ الْأَحْكَامِ مِنَ التَّوْلِيَةِ وَنَحْوِهَا، فَلَا يَجُوْزُ أَنْ يَأْخُذَ مِنْ أَحَدٍ شَيْأً عَلَى أَنْ يُوَلِّيَهُ نِيَابَةَ قَضَاءٍ أَوْ مُبَاشَرَةَ وَقْفٍ أَوْ مَالِ يَتِيْمٍ. وَكَذَلِكَ لَا يَجُوْزُ لَهُ أَنْ يَأْخُذَ شَيْئًا عَلَى مَا يَتَعَاطَاهُ مِنَ الْعُقُوْدِ وَالْفُرُوْضِ وَالْفُسُوْخِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ هَذِهِ الْأَشْيَاءُ أَحْكَامًا، بِمَعْنَى أَنَّهَا لَيْسَتْ تَنْفِيْذًا لِمَا قَامَتْ بِهِ الْحُجَّةُ، بَلْ إِنْشَاءُ تَصَرُّفَاتٍ مُبْتَدِأَةٍ وَلَكِنِ الْأَخْذُ عَلَيْهَا يَمْتَنِعُ كَالْحُكْمِ، لِأَنَّهُ نَائِبٌ فِيْهَا عَنِ اللهِ تَعَالَى كَمَا هُوَ نَائِبٌ فِي الْحُكْمِ عَنْهُ.

d. Bagaimana pandangan fikih menyikapi keterlibatan seorang muslim dalam kampanye yang bertujuan untuk memenangkan calon pemimpin non muslim di negara demokrasi seperti indonesia?
JAWABAN:
Keterlibatan seorang muslim dalam kampanye tersebut menurut fikih hukumnya haram karena membantu Tauliyat al-kafir.
Dalam Negara demokrasi sesuai konstistusinya, setiap warga negara dijamin haknya untuk memilih sesuai keyakinannya masing-masing
(أحكام أهل الذمة ١/٢٠٥)
فلا يجوز للمسلمين ممالاتهم عليه ولا مساعدتهم ولا الحضور معهم الخ
تفسير أيات الأحكام الجزء الأول صحيفة ٤.٣
الحكم الثالث : هل يجوز تولية الكافر واستعماله في شؤون المسلمين ؟ استدل بعض العلماء هذه الأيات الكريمة على أنه لا يجوز تولية الكافر شيئا من أمور المسلمين ولا جعلهم عمالا ولا خداما كما لا يجوز تعظيمهم وتوقيرهم في المجلس والقيام عند قدومهم فإن دلالته على التعظيم واضحة وقد أمرنا باحتقارهم (إنما المشركون نجس). اه
( مفاتيح الغيب (ج ٨/ ص ١٠-١١)
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللهِ الْمَصِيرُ. (آل عمران: 28) … واعلم أن كون المؤمن مواليًا للكافر يحتمل ثلاثة أوجه. أحدها: أن يكون راضيًا بكفره ويتولاه لأجله، وهذا ممنوع منه لأن كل من فعل ذلك كان مصوِّبًا له في ذلك الدين وتصويب الكفر كفر والرضا بالكفر كفر، فيستحيل أن يبقى مؤمنًا مع كونه بهذه الصفة. فإن قيل أليس أنه تعالى قال: وَمَن يَفْعَلْ ذلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِي شَيء؟ وهذا لا يوجب الكفر فلا يكون داخلًا تحت هذه الآية. لأنه تعالى قال: ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ، فلا بد وأن يكون خطابًا في شيء يبقى المؤمن معه مؤمناً. وثانيها: المعاشرة الجميلة في الدنيا بحسب الظاهر وذلك غير ممنوع منه. والقسم الثالث: وهو كالمتوسط بين القسمين الأولين هو أن موالاة الكفار بمعنى الركون إليهم والمعونة والمظاهرة والنصرة إما بسبب القرابة أو بسبب المحبة مع اعتقاد أن دينه باطل فهذا لا يوجب الكفر إلا أنه منهي عنه، لأن الموالاة بهذا المعنى قد تجره إلى استحسان طريقته والرضا بدينه، وذلك يخرجه عن الإسلام.
فتح القريب المجيب:
(ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﻠﻲ اﻟﻘﻀﺎء ﺇﻻ ﻣﻦ اﺳﺘﻜﻤﻠﺖ ﻓﻴﻪ ﺧﻤﺴﺔ ﻋﺸﺮ) ﻭﻓﻲ ﺑﻌﺾ اﻟﻨﺴﺦ «ﺧﻤﺲ ﻋﺸﺮﺓ» (ﺧﺼﻠﺔ): ﺃﺣﺪﻫﺎ (اﻹﺳﻼﻡ)؛ ﻓﻼ ﺗﺼﺢ ﻭﻻﻳﺔ اﻟﻜﺎﻓﺮ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﺖ ﻋﻠﻰ ﻛﺎﻓﺮ ﻣﺜﻠﻪ. ﻗﺎﻝ اﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ: «ﻭﻣﺎ ﺟﺮﺕ ﺑﻪ ﻋﺎﺩﺓ اﻟﻮﻻﻳﺔ ﻣﻦ ﻧﺼﺐ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺬﻣﺔ ﻓﺘﻘﻠﻴﺪ ﺭﻳﺎﺳﺔ ﻭﺯﻋﺎﻣﺔ، ﻻ ﺗﻘﻠﻴﺪ ﺣﻜﻢ ﻭﻗﻀﺎء». ﻭﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﺃﻫﻞ اﻟﺬﻣﺔ اﻟﺤﻜﻢ ﺑﺈﻟﺰاﻣﻪ ﺑﻞ ﺑﺎﻟﺘﺰاﻣﻬﻢ.
(شرح صحيح مسلم للنووي جز٦ ص ٣١٥)
قال القاضي عياض: “أجمع العلماءُ على أنَّ الإمامة لا تنعقد لكافر،
(احكام اهل الذمة لإبن القيم الجوزي جز ٢ ص ٧٨٧)
وقال ابن المنذِر:”إنَّه قد أجمع كلُّ مَن يُحفَظ عنه مِن أهل العلم أنَّ الكافر لا ولايةَ له على المسلم بِحال

مراتب الإجماع ص ٢٠٨
وقال ابن حَزم: “واتَّفقوا أنَّ الإمامة لا تجوز لامرأةٍ ولا لكافر ولا لصبِي”
الفقه الإسلامي وأدلته
شُرُوطُ الإْمَامَةِ:
١٠ - يَشْتَرِطُ الْفُقَهَاءُ لِلإِْمَامِ شُرُوطًا، مِنْهَا مَا هُوَ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَمِنْهَا مَا هُوَ مُخْتَلَفٌ فِيهِ. فَالْمُتَّفَقُ عَلَيْهِ مِنْ شُرُوطِ الإمَامَةِ:
أ - الإْسْلاَمُ، لأَِنَّهُ شَرْطٌ فِي جَوَازِ الشَّهَادَةِ. وَصِحَّةُ الْوِلاَيَةِ عَلَى مَا هُوَ دُونَ الإِْمَامَةِ فِي الأْهَمِّيَّةِ. قَال تَعَالَى: {وَلَنْ يَجْعَل اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً} وَالإمَامَةُ كَمَا قَال ابْنُ حَزْمٍ: أَعْظَمُ (السَّبِيل) ، وَلِيُرَاعَى مَصْلَحَةُ الْمُسْلِمِينَ… أولاً ـ أن يكون ذا ولاية تامة بأن يكون مسلماً، حراً، ذكراً، بالغاً، عاقلاً. أما اشتراط الإسلام فلأنه يقوم بحراسة الدين والدنيا، وإذا كان الإسلام شرطاً في جواز الشهادة، فهو شرط في كل ولاية عامة، لقوله تعالى: {ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلاً} [النساء:١٤١/ ٤].
المحلي على المنهاج ٤/١٧٢
ولا يجوز تسليطه على المسلمين
قوله ولا يستعان فيحرم الا لضرورة
(روح المعاني الجزء الثالث ص ١٢٠)
ومن الناس من استدل بالآية على أنه لا يجوز جعلهم عمالا ولا استخدامهم فى أمور الديوان وغيره وكذا أدخلوا فى الموالاة المنهي عنها السلام والتعظيم والدعاء بالكنية والتوفير بالمجالس
(الجامع لأحكام القرآن (ج ٦/ ص ٤٦)
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (المائدة: 2) الثالثة عشرة قوله تعالى: وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى. قال الأخفش: هو مقطوع من أول الكلام، وهو أمر لجميع الخلق بالتعاون على البر والتقوى؛ أي ليعن بعضكم بعضا ، وتحاثوا على ما أمر الله تعالى وأعملوا به، وانتهوا عما نهى الله عنه وامتنعوا منه … ويجب الإعراض عن المتعدي وترك النصرة له ورده عما هو عليه
(بريقة محمودية في شرح طريقة محمدية وشريعة) نبوية(ج ٥ / ص ١٩٨)
(التَّاسِعُ وَالْخَمْسُونَ) (الدَّلَالَةُ) بِاللِّسَانِ (عَلَى الطَّرِيقِ وَنَحْوِهِ لِمَنْ يُرِيدُ الْمَعْصِيَةَ) (فَإِنَّهَا لَا تَجُوزُ) لِأَنَّ لِلْوَسَائِلِ حُكْمَ الْمَقَاصِدِ وَأَنَّ مَا يُفْضِي إلَى الْمَعْصِيَةِ مَعْصِيَةٌ (لِأَنَّهَا إعَانَةٌ عَلَى الْمَعْصِيَةِ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ. قِيلَ هُنَا خَبَرُ الدَّيْلَمِيِّ: الظَّلَمَةُ وَأَعْوَانُهُمْ فِي النَّارِ. (وَفِي الْخُلَاصَةِ) (ذِمِّيٌّ سَأَلَ مُسْلِمًا عَنْ طَرِيقِ الْبَيْعَةِ) (لَا يَنْبَغِي لَهُ) أَيْ لَا يَجُوزُ (أَنْ يَدُلَّهُ عَلَيْهَا انْتَهَى) لَكِنْ قَالُوا لَا ضَمَانَ بِالدَّلَالَةِ وَإِنْ قَالُوا بِهِ بِالْغَمْزِ وَالسِّعَايَةُ فِيهِ إشَارَةٌ إلَى أَنَّ طَاعَةَ الْكَافِرِ مَعْصِيَةٌ.
قواعد الأحكام في مصالح الأنام – (ج١/ ص ١٣٣)
ولحقوق بعض المكلفين على بعض أمثلة كثيرة: منها التسليم عند القدوم، وتشميت العاطس، وعيادة المرضى، ومنها الإعانة على البر والتقوى وعلى كل مباح، ومنها ما يجب على الإنسان من حقوق المعاملات، ومنها الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر؛ لأن الأمر بالمعروف سعي في جلب مصالح المأمور به، والنهي عن المنكر، سعي في درء مفاسد المنهى عنه، وهذا هو النصح لكل مسلم، وقد بايع صلى الله عليه وسلم على النصح لكل مسلم
.
e. Bagaimana hukum menjadikan masjid sebagai tempat kampanye politik calon pemimpin non-muslim?
JAWABAN :
Hukumnya haram

(أحكام أهل الذمة ١/٢٠٥)
فلا يجوز للمسلمين ممالاتهم عليه ولا مساعدتهم ولا الحضور معهم الخ
(إحياء علوم الدين (٢/ ١٧١، بترقيم الشاملة آليا)
فمن ذلك منكرات المساجد
اعلم أن المنكرات تنقسم إلى مكروهة وإلى محظورة، فإذا قلنا: هذا منكر مكروه. فاعلم أ، المنع منه مستحب والسكوت عيه مكروه وليس بحرام، إلا إذا لم يعلم الفاعل أنه مكروه فيجب ذكره له لأن الكراهة حكم في الشرع يجب تبليغه إلى من لا يعرفه. وإذا قلنا منكر محظور، أو قلنا منكر مطلقاً، فنريد به المحظور ويكون السكوت عليه مع القدرة محظوراً.
فمما يشاهد كثيراً في المساجد إساءة الصلاة بترك الطمأنينة في الركوع والسجود وهو منكر مبطل للصلاة بنص الحديث فيجب النهير عنه إلا عند الحنفي الذي يعتقد أن ذلك لا يمنع صحة الصلاة، إذ لا ينفع النهي معه. ومن رأى مسيئاً في صلاته فسكت عليه فهو شريكه. هكذا ورد به الأثر. وفي الخبر ما يدل عليه، إذ ورد في الغيبة أن المستمع شريك القائل وكذلك كل ما يقدح في صحة الصلاة من نجاسة على ثوبه لا يراها، أو انحراف عن القبلة بسبب ظلام أو عمى فكل ذلك تجب الحسبة فيه.
ومنها قراءة القرآن باللحن يجب النهي عنه ويجب تلقين الصحيح. فإن كان المعتكف في المسجد يضيع أكثر أوقاته في أمثال ذلك ويشتغل به عن التطوع والذكر فليشتغل به، فإن هذا أفضل من ذكره وتطوعه، لأن هذا فرض وهي قربة تتعدى فائدتها، فهي أفضل من نافلة تقتصر عليه فائدتها. وإن كان ذلك يمنعه عن الوراقة مثلاً أو عن الكسب الذي هو احتاج إلى الكسب لقوت يومه فهو عذر له فيسقط الوجوب عنه لعجزه والذي يكثر اللحن في القرآن إن كان قادراً على التعلم فليمتنع من القراءة قبل التعلم فإنه عاص به، وإن كان لا يطاوعه اللسان فإن كان أكثر ما يقرؤه لحناً فليتركه وليجتهد في تعلم الفاتحة وتصحيحها، وإن كان الأكثر صحيحاً وليس يقدر على التسوية فلا بأس له أن يقرأ، ولكن ينبغي أن يخفض به الصوت حتى لا يسمع غيره. ولمنعه سراً منه أيضاً وجه ولكن إذا كان ذلك منتهى قدرته وكان له أنس بالقراءة وحرص عليها فلست أرى به بأسا والله أعلم.
ومنها تراسل المؤذنين في الآذان وتطويلهم بمد كلماته وانحرافهم عن صوب القبلة بجميع الصدر في الحيعلتين، أو انفراد كل واحد منهم بأذان ولكن من غير توقف إلى انقطاع أذان الآخر، بحيث يضطرب على الحاضرين جواب الأذان لتداخل الأصوات. فكل ذلك منكرات مكروهة يجب تعريفها. فإن صدرت عن معرفة فيستحب المنع منها والحسبة فيها. وكذلك إذا كان للمسجد مؤذن واحد وهو يؤذن قبل الصبح فينبغي أن يمنع من الأذان بعد الصبح، فذلك مشوش للصوم والصلاة على الناس إلا إذا عرف أنه يؤذن قبل الصبح حتى لا يعول على أذانه في صلاة وترك سحور. أو كان معه مؤذن آخر معروف الصوت يؤذن مع الصبح.
ومن المكروهات أيضاً تكثير الأذان مرة بعد أخرى بعد طلوع الفجر في مسجد واحد في أوقات متعاقبة متقاربة، إما من واحد أو جماعة، فإنه لا فائدة فيه، إذا لم يبق في المسجد نائم ولم يكن الصوت مما يخرج عن المسجد حتى ينبه غيره فكل ذلك من المكروهات المخالفة لسنة الصحابة والسلف.
ومنها أن يكون الخطيب لابساً لثوب أسود يغلب عليه الإبريسم، أو ممسكاً لسيف مذهب فهو فاسق والإنكار عليه واجب، وأما مجرد السواد فليس بمكروه لكنه ليس بمحبوب إذ أحب الثياب إلى الله تعالى البيض. ومن قال إنه مكروه وبدعة أراد به أنه لم يكن معهوداً في العصر الأول، ولكن إذا لم يرد فيه نهي فلا ينبغي أن يسمى بدعة ومكروهاً ولكنه ترك للأحب
.
f. Bagaimana hukum seorang muslim mencium tangan non-muslim?
JAWABAN :
Hukum seorang muslim mencium tangan non-muslim adalah haram, karena termasuk perbuatan memuliakan orang kafir.
( روح المعاني الجزء الثالث صحـ ١٢٠
ومن الناس من استدل بالآية على أنه لا يجوز جعلهم عمالا ولا استخدامهم فى أمور الديوان وغيره وكذا أدخلوا فى الموالاة المنهى عنها السلام والتعظيم والدعاء بالكنية والتوفير بالمجالس وفى فتاوى العلامة ابن حجر جواز القيام فى المجلس لأهل الذمة وعد ذلك من باب البر والاحسان المأذون به فى قوله تعالى لا ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم فى الدين ولم يخرجوكم من دياركم أن تبروهم وتقسطوا اليهم إن الله يحب المقسطين ولعل الصحيح أن كل ما عده العرف تعظيما وحسبه المسلمون موالاة فهو منهى عنه ولو مع أهل الذمة لا سيما إذا أوقع شيئا فى قلوب ضعفاء المومنين ولا ارى القيام لأهل الذمة فى المجلس إلا من الامور المحظورة لان دلالته على التعظيم
قوية وجعله من الاحسان لااراه من الاحسان
( رد المختار الجزء الرابع صحـ: ٢٠٩ )
وفي الحاوي : وينبغي أن يلازم الصغار فيما يكون بينه وبين المسلم في كل شيء وعليه فيمنع من القعود حال قيام المسلم عنده بحر . ويحرم تعظيمه , وتكره مصافحته , ولا يبدأ بسلام إلا لحاجة ولا يزاد في الجواب علي وعليك ويضيق عليه في المرور ويجعل على داره علامة وتمامه في الأشباه من أحكام الذمي
(الفتاوى الفقهية الكبرى (٤/ ٢٢٣)
وسئل نفع الله تعالى بعلومه هل يجوز للمسلم أن يقبل يد الحربي المشرك وأن يقوم إليه وأن يصافحه وأن يتخضع إليه وكل ذلك ليناله منه مالية وإذا قلتم بعدم الجواز فما يترتب عليه وماذا يلزمه فأجاب بقوله لا يجوز للمسلم أن يعظم الكافر بنوع من أنواع التعظيم سواء المذكورات وغيرها ومن فعل ذلك طمعا في مال الكافر فهو آثم جاهل كيف وقد قال صلى الله عليه وسلم من تواضع لغني لأجل غناه ذهب ثلثا دينه فإذا كان التواضع للمسلم الغني يذهب ثلثي الدين فما بالك بالتواضع للكافر

والله سبحانه وتعالى أعلم

link asal https://web.facebook.com/PcnuJember/posts/1541809139188613?hc_location=ufi

Senin, 02 April 2018

NAMA BAGI ANAK

NAMA BAGI ANAK
Deskrisi Masalah
Ahmad dan Laila adalah pasangan suami istri (Pasutri) yang baru menikah beberapa tahun yang lalu setelah ia pergi ke dokter. Dokter menyatakan bahwa Laila positif hamil, pernyataan dokter menjadikan kebahagiaan yang tiada tara baginya, akhirnya kini hari yang dinanti-nanti telah tiba sang jabang bayi lahir kedunia, namun sebelum merayakan hari kelahiran jabang bayi yang bertepatan hari pemberian nama sijabang bayi meninggal dunia karena sakit, selang beberapa tahun ketika dia menghadiri pengajian seorang Da’I mengatakan bahwa seorang anak yang tidak diberi nama tidak akan bertemu dengan kedua orang tuanya di akhirat. Hal itu mengingatkan masa lalunya bahwa anaknya belum sempat diberi nama.
Pertanyaan :
a)    Bagaimana hukumnya memberi nama dengan selang beberapa tahun seperti yang terdapat dalam deskripsi ?
Jawab :
Tetap disunnahkan.

&   Referensi :
&          حاشيتا قليوبي - وعميرة - (ج 4 / ص 388-389)
(يُسَنُّ أَنْ يُعَقَّ عَنْ ) مَوْلُودٍ ( غُلَام ) أَيْ ذَكَرٍ ( بِشَاتَيْنِ وَجَارِيَةٍ)................... ( وَأَنْ تُذْبَحَ يَوْمَ سَابِعِ وِلَادَتِهِ ) أَيْ الْمَوْلُودِ وَبِهَا يَدْخُلُ وَقْتُ الذَّبْحِ وَلَا تَفُوتُ بِالتَّأْخِيرِ عَنْ السَّابِعِ ، ( وَيُسَمَّى فِيهِ وَيَحْلِقُ رَأْسَهُ بَعْدَ ذَبْحِهَا................ قَوْلُهُ : ( وَلَا تَفُوتُ بِالتَّأْخِيرِ ) وَإِنْ مَاتَ الْمَوْلُودُ فَإِذَا بَلَغَ سَقَطَ الْعَقُّ عَنْ غَيْرِهِ وَطُلِبَ مِنْهُ عَنْ نَفْسِهِ ، وَلَا يَفُوتُ الْحَلْقُ وَمَا مَعَهُ أَيْضًا بِالتَّأْخِيرِ وَلَا بِالْمَوْتِ إلَّا لِحَلْقٍ بِالْمَوْتِ كَذَا قَالَهُ شَيْخُنَا .
&          عمدة المفتي  ج 3 ص 60
قال العقيببي اليماني في حاشية فتح الجواد: اصل التسمية واجبة ولو تركها أمر بها وجوبا قاله الماوردي وحكي ابن جزم الاجماع عليه. وكلام اصحابنا صريح في ندبها وبه صرح ابن حجر في شرح العبابي قال لإمكان التمييز بغيرها.
&          الشرواني الجزء التاسع صحـ 373
( وأن تذبح يوم سابع ولادته ) فيحسب يومها كما مر في الختان مع الفرق بينهما ولا تحسب الليلة بل اليوم الذي يليها ( و ) أن ( يسمى فيه ) للخبر الصحيح بهما  وإن مات قبله بل تسن تسمية سقط نفخت فيه الروح فإن لم يعلم أذكر أو أنثى سمي بما يصلح لهما كهند وطلحة ووردت أخبار صحيحة بتسميته يوم الولادة وحملها البخاري على من لم يرد العق يوم السابع وظاهر كلام أئمتنا ندبها يومه وإن لم يرد العق وكأنهم رأوا أن إخباره صح وفيه ما فيه
 ( قول المتن ويسمى فيه ) وينبغي أن التسمية حق من له عليه الولاية من الأب وإن لم تجب عليه نفقته لفقره ثم الجد وينبغي أيضا أن تكون التسمية قبل العق كما قد يؤخذ من قوله  السابق ويقول عند ذبحها بسم الله إلخ ا هـ ع ش ( قوله وإن مات قبله ) ظاهره أنه يسمى في السابع وإن مات قبله فتؤخر التسمية للسابع ويحتمل أنه غاية في أصل التسمية لا بقيد كونها في السابع فليراجع ا هـ رشيدي عبارة المغني ولو مات قبل التسمية استحب تسميته بل يسن تسمية السقط ا هـ وهذا الصنيع كالصريح فيما ذكره آخرا


&          المجموع شرح المهذب الجزء الثامن ص:416
( أما الأحكام ) ففيه مسائل ( إحداها ) قال أصحابنا وغيرهم يستحب أن يسمى المولود في اليوم السابع ويجوز قبله وبعده وقد تظاهرت الأحاديث الصحيحة على ذلك فمن ذلك حديث عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده "أن النبي r أمر بتسمية المولود يوم سابعه ووضع الأذى عنه والعق" رواه الترمذي وقال حديث حسن وعن سمرة بن جندب رضي الله عنه أن رسول الله  r قال "كل غلام رهين بعقيقة تذبح عنه يوم سابعه ويحلق ويسمى" رواه أبو داود والترمذي والنسائي وابن ماجه وغيرهم بالأسانيد الصحيحة  قال الترمذي حديث حسن صحيح وعن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه قال "ولد لي غلام فأتيت به النبي r فسماه إبراهيم وحنكه بتمرة ودعا له بالبركة" رواه البخاري ومسلم إلا قوله { ودعا له بالبركة } فإنه للبخاري خاصة وعن أنس رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم { ولد لي الليلة غلام فسميته باسم إبراهيم صلى الله عليه وسلم } رواه مسلم وعن أنس قال { ولد لأبي طلحة غلام فأتيت به النبي صلى الله عليه وسلم فحنكه وسماه عبد الله } رواه البخاري ومسلم , والله أعلم . ( الثانية ) قال أصحابنا : لو مات المولود قبل تسميته استحب تسميته . قال البغوي وغيره : يستحب تسمية السقط لحديث ورد فيه . ( الثالثة ) يستحب تحسين الاسم وأفضل الأسماء عبد الله وعبد الرحمن للحديث الذي ذكره المصنف . وعن جابر أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لرجل : { سم ابنك عبد الرحمن } رواه البخاري ومسلم . وعن أنس { أن النبي صلى الله عليه وسلم سمى ابن أبي طلحة عبد الله } رواه البخاري ومسلم , { وسمى صلى الله عليه وسلم ابنه إبراهيم } . وعن أبي وهب الجشمي الصحابي رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم { تسموا بأسماء الأنبياء , وأحب الأسماء إلى الله عبد الله وعبد الرحمن , وأصدقها حارث وهمام , وأقبحها حرب ومرة } رواه أبو داود والنسائي وغيرهما . وعن أبي الدرداء قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم { إنكم تدعون يوم القيامة بأسمائكم وأسماء آبائكم فأحسنوا أسماءكم } رواه أبو داود بإسناد جيد
&          عميرة على المحلي الجزء الرلاابع صحـ 257
( وسنها وسلامتها ) من العيب ( والأكل والتصدق ) والإعداء منها , ( كالأضحية ) في  المذكورات ( ويسن طبخها ) ويكون بحلو تفاؤلا بحلاوة أخلاقه , ( ولا يكسر عظم ) تفاؤلا بسلامته من الآفات ( وأن تذبح يوم سابع ولادته ) أي المولود وبها يدخل وقت الذبح ولا تفوت بالتأخير عن السابع , ( ويسمى فيه ويحلق رأسه بعد ذبحها ويتصدق بزنته ) أي الشعر ( ذهبا أو فضة ويؤذن في أذنه حين يولد ويحنك بتمر )
قوله : ( ويكون بحلو ) ولا يكره بحامض قوله ( ولا تفوت بالتأخير ) كما يؤخذ من عطف أن تذبح على يسن ولو مات طلب أيضا ولو كان الموت قبل السابع كما تطلب تسميته بعد الموت
&          عمدة المفتي والمستفتي الجزء الرابع صحـ 60
مسألة قال العقيبي اليمني في حاشية فتح الجواد أصل التسمية واجبة ولو تركها أمر بها وجوبا قاله الماوردي وحكى ابن حزم الإجماع عليه انتهى وكلام أصحابنا صريح في ندبها وبه صرح ابن حجر في شرح العباب قال لإمكان التمييز بغيرها


b)    Benarkah perkataan seoarang Da’I tersebut ?
Jawab :
Belum terbahas.

PEMILU

PEMILU
Deskrisi Masalah
Menjamurnya CALEG belakangan ini menuntut masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih calon-calon yang dianggap pantas mewakili rakyat dalam kursi pemerintahan.

Pertanyaan :
a)    CALEG dengan criteria seperti Apakah yang pantas atau layak dipilih menurut syara’ ?
Jawab :
DPR adalah lembaga tinggi Negara yang memiliki fungsi sebagai penyusun undang-undang, kontrol, pengawasan terhadap kinerja pemerintah, maka criteria yang harus dipenuhi DPR adalah :
Islam, merdeka, baligh, berakal, laki-laki, berkompeten, adil dan mampu mengemban amanah dan yang lebih bisa menempatkan maslahah dan menolak mahdlorot untuk rakyat.

&   Referensi :
&          الموسوعة الفقهية الجزء السادس صحـ191
الشروط المعتبرة في أولي الأمر إجمالا 4 - يشترط فيمن يولى الخلافة - وهي أعلى درجات أولي الأمر: الإسلام، والحرية، والبلوغ، والعقل، والذكورة، والعلم، والعدالة بشروطها الجامعة والكفاية فالعلم يقصد به العلم المؤدي إلى التصرف المشروع في الأمور العامة والعدالة يقصد بها هاهنا الاستقامة في السيرة والتجنب للمعاصي والكفاية يقصد بها أن يكون قادرا على إقامة الحدود، بصيرا بالحروب، كفيلا بحمل الناس عليها، مع سلامة الحواس كالسمع والبصر واللسان، ليصح معها مباشرة ما يدرك بها، والمقصود سلامتها مما يؤثر في الرأي والعقل، ومن سلامة الأعضاء من نقص يمنع عن استيفاء الحركة وسرعة النهوض، والمقصود سلامتها مما يؤثر في الرأي والعمل، ويكون متصفا بالشجاعة والنجدة المؤدية إلى حماية البيضة، وجهاد العدو، وأن يكون ذا رأي يؤهله لسياسة الرعية، وتدبير المصالح، قيما بأمر الحرب والسياسة. وإقامة الحدود لا تلحقه رأفة في ذلك. أما من دون الخليفة من أولي الأمر فلهم شروط أقل مما ذكر، بحسب ما يلونه من أمور المسلمين، وتعرف في أبواب القضاء والجهاد ونحوهما. ومرجعها إلى توافر القوة والأمانة. قال الله تعالى: {إن خير من استأجرت القوي الأمين}.
&          الأشباه والنظائر صحـ 528
ما افترق فيه الإمامة العظمى والقضاء وسائر الولايات افترقا في أمور: أحدها يشترط في الإمام أن يكون قرشيا للحديث ولا يشترط ذلك في غيره من الحكام. الثاني: لا يجوز تعدد الإمام في عصر واحد ويجوز تعدد القاضي في أماكن متعددة. الثالث: لا ينعزل الإمام بالفسق وينعزل به القاضي, والفرق: ضخامة شأن الإمام وما يحدث في عزله من الفتن. الرابع: لا ينعزل الإمام بالإغماء وينعزل به القاضي.
&          الأحكام السلطانية صحـ 25
والوزارة على ضربين وزارة تفويض ووزارة تنفيذ فأما وزارة التفويض فهو أن يستوزر الإمام من يفوض إليه تدبير الأمور برأيه وإمضاءها على اجتهاده، وليس يمتنع جواز هذه الوزارة، قال الله تعالى حكاية عن نبيه موسى عليه الصلاة والسلام: {واجعل لي وزيرا من أهلي هارون أخي اشدد به أزري وأشركه في أمري}. فإذا جاز ذلك في النبوة كان في الإمامة أجوز، ولأن ما وكل إلى الإمام من تدبير الأمة لا يقدر على مباشرة جميعه إلا باستنابة، ونيابة الوزير المشارك له في التدبير أصح في تنفيذ الأمور من تفرده بها ليستظهر به على نفسه وبها يكون أبعد من الزلل وأمنع من الخلل. ويعتبر في تقليد هذه الوزارة شروط الإمامة إلا النسب وحده لأنه ممضي الآراء ومنفذ الاجتهاد فاقتضى أن يكون على صفات المجتهدين. ويحتاج فيها إلى شرط زائد على شروط الإمامة وهو أن يكون من أهل الكفاية فيما وكل إليه من أمر الحرب والخراج خبرة بهما ومعرفة بتفصيلهما فإنه مباشر لهما تارة ومستنيب فيهما أخرى , فلا يصل إلى استنابة الكفاة إلا أن يكون منهم، كما لا يقدر على المباشرة إذا قصر عنهم، وعلى هذا الشرط مدار الوزارة وبه تنتظم السياسة
&          روضة الطالبين الجزء الحادى عشر ص: 92   المكتب الإسلامى
الأولى: القضاء والإمامة فرض كفاية بالإجماع فإن قام به من يصلح سقط الفرض عن الباقين وإن امتنع الجميع أثموا وأجبر الإمام أحدهم على القضاء وقيل: لايجبر والصحيح: الأول ثم من لا يصلح للقضاء تحرم توليته ويحرم عليه التولى والطلب اهـ
&          قواعد الأحكام الجزء الأول ص: 76-77
المثال الثالث والعشرون لا يقدم في ولاية الحرب إلا أشجع الناس وأعرفهم بمكائد الحروب والقتال مع النجدة والشجاعة وحسن السيرة في الاتباع فإن استووا فإن كانت الجهة واحدة تخير الإمام وله أن يقرع بينهم كي لا يجد بعضهم على الإمام بتقديم غيره عليه وإن تعددت الجهات صرف بكل واحد منهم إلى الجهة التي تليق به  والضابط في الولايات كلها أنا لا نقدم فيها إلا أقوم الناس بجلب مصالحها ودرء مفاسدها فيقدم في الأقوم بأركانها وشرائطها على الأقوم بسننها وآدابها فيقدم في الإقامة الفقيه على القارئ والأفقه على الأقرأ لأن الفقيه أعرف باختلال الأركان والشرائط وبما يطرأ على الصلاة من المفسدات وكذلك يقدم الورع على غيره لأن ورعه يحثه على إكمال الشرائط والسنن والأركان ويكون أقوم إذا بمصلحة الصلاة
&          مجموعة سبعة كتب مفيدة ص : 64-65
الحق أنه إذا لم يكن ثم من يصلح للقضاء نفذت تولية غير الصالح قطعا وإلا فتردد وفي فصل شروط الإمام الأعظم من التحفة ما نصه فلو اضطر لولاية فاسق جاز ومن ثم قال ابن عبد السلام لو تعذرت العدالة في الأئمة والحكام قدمنا أقلهم فسقا قال الأذرعي وهو متعين إذ لا سبيل إلى جعل الناس فوضي ويلحق بها الشهود فإن تعذرت العدالة في أهل قطر قدمنا أقلهم فسقا على ما يأتي إهـ ومن ولاه ذوشوكة ينعزل بزوال شوكة موليه لزوال المقتضي لنفوذ قضائه أي بخلاف مقلد وفاسق مع فقد المجتهد والعدل فلا تزول ولايته بذلك لعدم توقفها على الشوكة ويلزم قاضي الضرورة وهو من فقدت فيه شروط القضاء المبينة في بابه بيان مستنده وسائر أحكامه إن لم يمتنع موليه من طلب بيان مستنده ولا يكفي قوله حكمت بكذا من غير بيان لمستنده لضعف ولايته ومثله المحكم بل أولى ويجب على السلطان رعاية الأمثل فلأمثل رعاية لمصلحة المسلمين وفي فتاوي الأشخر نقل العلامة السمهودي عن الغيائي في كتابه أنه إذا خلا الزمان عن إمام وسلطان وذي شوكة فالأمور موكولة إلى العلماء ويلزم الأمة الرجوع إليهم ويصيرون ولاة العباد فإذا عسر جمعهم على واحد فالمتبع أعلمهم فإن استووا أقرع بينهم فهذا من حيث انعقاد الولاية الخاصة فلا ينافي وجوب طاعة العلماء مطلقا إهـ
&          حاشية الجمل شرح المنهج الجزء الخامس ص : 336
(فرع) لو خلا بلد عن قاض فقلد أهله واحدا منهم فباطل إن كان في العصر إمام وإلا فإن رجوا نصبه عن قرب فكذلك وإلا فإن أمكنهم التحاكم في بلد بقربهم فعلوا وإلا فتقليده جائز وحكمه نافذ قاله الماوردي ولو خلا الزمان من الإمام وجت الرجوع إلى العلماء إهـ سم

b)    Bagaimana hukumnya mencalonkan seseorang yang dianggap tidak layak oleh syara’ ?
Jawab :
Tidak boleh, selama masih ada calon yang lebih layak.

&   Referensi :
&          فتح القدير  - (ج 16 / ص 310)
وَقَدْ اُخْتُلِفَ فِي قَضَاءِ الْفَاسِقِ، فَأَكْثَرُ الْأَئِمَّةِ عَلَى أَنَّهُ لَا تَصِحُّ وِلَايَتُهُ كَالشَّافِعِيِّ وَغَيْرِهِ كَمَا لَا تُقْبَلُ شَهَادَتُهُ. وَعَنْ عُلَمَائِنَا الثَّلَاثَةِ فِي النَّوَادِرِ مِثْلُهُ ، لَكِنَّ الْغَزَالِيَّ قَالَ: اجْتِمَاعُ هَذِهِ الشُّرُوطِ مِنْ الْعَدَالَةِ وَالِاجْتِهَادِ وَغَيْرِهِمَا مُتَعَذِّرٌ فِي عَصْرِنَا لِخُلُوِّ الْعَصْرِ عَنْ الْمُجْتَهِدِ وَالْعَدْلِ، فَالْوَجْهُ تَنْفِيذُ قَضَاءِ كُلِّ مَنْ وَلَّاهُ السُّلْطَانُ ذُو شَوْكَةٍ وَإِنْ كَانَ جَاهِلًا فَاسِقًا، وَهُوَ ظَاهِرُ الْمَذْهَبِ عِنْدَنَا، فَلَوْ قُلِّدَ الْجَاهِلُ الْفَاسِقُ صَحَّ وَيُحْكَمُ بِفَتْوَى غَيْرِهِ وَلَكِنْ لَا يَنْبَغِي أَنْ يُقَلَّدَ. وَالْحَاصِلُ أَنَّهُ إنْ كَانَ فِي الرَّعِيَّةِ عَدْلٌ عَالِمٌ لَا يَحِلُّ تَوْلِيَةُ مَنْ لَيْسَ كَذَلِكَ ، وَلَوْ وُلِّيَ صَحَّ عَلَى مِثَالِ شَهَادَةِ الْفَاسِقِ لَا يَحِلُّ قَبُولُهَا، وَإِنْ قَبِلَ نَفَّذَ الْحُكْمَ بِهَا، وَفِي غَيْرِ مَوْضِعٍ ذَكَرَ الْأَوْلَوِيَّةَ: يَعْنِي الْأَوْلَى أَنْ لَا تُقْبَلَ شَهَادَتُهُ، وَإِنْ قَبِلَ جَازَ، وَمُقْتَضَى الدَّلِيلِ أَنْ لَا يَحِلُّ أَنْ يَقْضِيَ بِهَا فَإِنْ قَضَى جَازَ وَنَفَذَ.
&          الفقه الإسلام ج 8 ص 83
قال الإمام الغزالي: اجتماع هذه الشروط من العدالة والاجتهاد وغيرهما متعذر في عصرنا لخلو العصر من المجتهد والعدل، فالوجه تنفيذ قضاء كل من ولاه سلطان ذو شوكة، وإن كان جاهلاً فاسقاً. وقال الشافعية: إذا تعذرت هذه الشروط، فولى سلطان له شوكة فاسقاً أو مقلداً نفذ قضاؤه للضرورة. وفي الجملة: إذا وجد اثنان كل منهما أهل للقضاء يقدم الأفضل في العلم والديانة والورع والعدالة والعفة والقوة.
&          قواعد الأحكام فى مصالح الأنام الجزء الأول ص : 73
(قاعدة) إذا تعذرت العدالة في الولاية العامة والخاصة بحيث لا يوجد عدل ولينا أقلهم فسوقا وله أمثلة أحدها إذا تعذر في الأئمة فيقدم أقلهم فسوقا عند الإمكان فإذا كان الأقل فسوقا يفرط في عشر المصالح العامة مثلا وغيره يفرط في خمسها لم تجز تولية من يفرط في الخمس فما زاد عليه ويجوز تولية من يفرط في العشر وإنما جوزنا ذلك لأن حفظ تسعة الأعشار بتضييع العشر أصلح للأيتام ولأهل الإسلام من تضييع الجميع ومن تضييع الخمس أيضا فيكون هذا من باب دفع أشد المفسدتين بأخفهما.
&          تعليقات التهذيب الجزء السابع ص : 271-275
الإمامة نوعان حقيقية وحكمية فالحقيقية هي الجامعة للشروط المعتبرة فيمن يولي الإمامة والحاصلة بانتخاب أولي الأمر من المسلنين وبيعتهم بطواعهم ورضاهم من غير إجبار ولا إكراه والإمامة الحكمية هي التي لم تستكمل الشروط المعتبرة فيمن يولي الإمامة أو التى أحرزت جبرا من غير انتخاب أهل الحل والعقد من المسلمين وبيعتهم بل حصلت بطريق التغلب والقهر والإستيلاء هذا النوع الثاني من نوعي الإمامة هو المسمى بإمامة الضرورة وإمامة التغلب بالقوة فإمامة الضرورة هي الحاصلة بانتخاب أهل الحل والعقد من المسلمين وبيعتهم لمن هو أمثل الفاقدين لبعض الشروط اللازمة فإذا تعذر وجود بعض الشروط فيمن يصلحون بأمر المسلمين دخلت المسألة في حكم الضرورات والضرورات تقدر بقدرها فيكون الواجب حينئذ على أهل الحل والعقد أن يبايعوا من كان مستجمعا لأكثر الشروط ويجب مع ذلك السعي في إصلاح الأحوال حتى تستكمل جميع الشروط قال السعد في شرح المقاصد وهاهنا بحث وهو أنه إذا لم يوجد إمام على شرائطه وبايع طائفة من أهل الحل والعقد قريشا فيه بعض الشرائط من غير نفاذ لأحكامه وطاعة من العامة لأوامره وشوكة بها يتصرف في مصالح العباد ويقتدر على النصب والعزل لمن أراد هل يكون ذلك إتيانا بالواجب وهل يجب على ذوي الشوكة العظيمة من ملوك الأطراف المتصفين بحسن السياسة والعدل والإنصاف أن يفوضوا إليه الأمر بالكلية ويكونوا لديه كسائر الرعية وقد يتمسك بمثل قوله تعالى أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم وقوله e من مات ولم يعرف إمام زمانه مات ميتة جاهلية فإن وجوب الطاعة والمعرفة يقتضي الحصول قال السيد رشيد رضا في كتابه الخلافة أو الإمامة العظمى بعد أن ذكر كلام السعد وإنما فرض أن المبايعين في هذه الصورة بعض أهل الحل والعقد لأنه إذا بايعه جميعهم ومنهم الملوك الذين ذكرهم تمت شوكته ونفذ حكمه قطعا وهذه الصورة تصدق على بعض خلفاء بني أمية وبني العباس الذي كانت تنقصهم العدالة أو العلم الإجتهادي وكان الجمهور يجيبون طاعتهم ويصححون لضرورة إمامتهم وليس بصحيح ما يدعيه بعض المتطرفين في هذه الأيام من عدم وجوب نصب الخليفة لعدم توفرهم جميع الشروط العتبرة إذ لابد من وجود رئيس يجمع بين تلك الشعوب الإسلامية ويقوم بتقوية علاقاتها ونشر المودة والوئام بين أهلها حتى يكون يدا واحدة وقلبا واحدا وجسما واحدا وهذا الرئيس هو الخليفة الذي أقر بخلافة المسلمين من زمن بعيد وإمامة التغلب هي التى تحصل بالقهر والاستيلاء من غير اختيار أهل  الحل والعقد وبيعتهم فتنعقد الإمامة للمتغلب سواء كان مستكملا لشروط الإمامة أم غير مستكمل لها قال السعد في شرح المقاصد وتنعقد الإمامة بطرق أحدها بيعة أهل الحل والعقد من العلماء والرؤساء ووجوه الناس إلى أن قال والثالث القهر والإستيلاء فإذا مات الإمام وتصدى للإمامة من يستجمع شرائطها من غير بيعة واستخلاف وقهر الناس بشوكته انعقدت الخلافة له إذا كان فاسقا أو جاهلا على الأظهر إلا أنه يعصى بما فعل وتلزم المسلمين طاعة هذا المتغلب للضرورة ومعنى هذا أن سلطة التغلب كأكل الميتة تنفذ عند الضرورة وتكون أقل حالا من الفوضى وأدنى من الهمجية ومقتضى ذلك أنه يجب السعي لإزالتها عند الإمكان فإن كان خلع المتغلب سهلا لا يترتب عليه مفاسد ولا ينجم عنه فتن خلع بلا تأجيل وإلا فإن كان خلعه يستوجب الفتن ويستلزم التفرقة وتزيد بسببه المفسدة على المصلحة فالواجب الصبر والضرورة تبيح المحظورات قال السعد في شرح المقاصد وأما إذا لم يوجد في قريش من يصلح لذلك أو لم يقتدر على نصبه لاستيلاء أهل الباطل وشوكة الظلمة وأرباب الضلالة فلا كلام في جواز تقلد القضاء وتنفيذ الأحكام وإقامة الحدود وجميع ما يتعلق باِلإمام من كل ذي شوكة إذا كان الإمام القرشي فاسقا أو جائرا أو جاهلا فضلا أن يكون مجتهدا وبالجملة مبني ما ذكر في باب الإمامة على الاختيار والاقتدار وأما عند العجز والاضطرار واستيلاء الظلمة والكفار والفجار وتسلط الجبابرة الأشرار فقد صارت الرياسة الدنيوية تغليبية وبينت عليها الأحكام الدينية المنوطة بالإمام ضرورة ولم يعبأ بعدم العلم والعدالة وسائر الشرائط والضرورات تبيح المحظورات وقال الكمال ابن الهمام في المسايرة الأصل العاشر لو تعذر وجود العلم والعدالة فيمن تصدى للإمامة بأن تغلب عليها جاهل بالأحكام أو فاسق وكان في صرفه إثارة فتنة لا تطاق حكمنا بانعقاد إمامته كيلا نكون كمن يبني قصرا ويهدم مصرا وإذا قضينا بنفوذ أهل البغي في بلادهم التى غلبوا عليها لمسيس الحاجة فكيف لا نقضي بصحة الإمامة عند لزوم الضرر العام بتقدير عدمها وإذا تغلب آخر على ذلك المتغلب وقعد مكانه انعزل الأول وصار الثاني إماما
&          السياسة الشرعية 14-16
الفصل الأول استعمال الأصلح فإن النبي صلى الله عليه وسلم لما فتح مكة وتسلم مفاتيح الكعبة من بني شيبة طلبها منه العباس، ليجمع له بين سقاية الحاج، وسدانة البيت، فأنزل الله هذه الآية، بدفع مفاتيح الكعبة إلى بني شيبة فيجب على ولي الأمر أن يولي على كل عمل من أعمال المسلمين , أصلح من يجده لذلك العمل، قال النبي صلى الله عليه وسلم {من ولي من أمر المسلمين شيئا, فولى رجلا وهو يجد من هو أصلح للمسلمين منه فقد خان الله ورسوله}.  وفي رواية: {من قلد رجلا عملا على عصابة، وهو يجد في تلك العصابة أرضى منه، فقد خان الله وخان رسوله وخان المؤمنين} رواه الحاكم في صحيحه وروى بعضهم أنه من قول عمر لابن عمر روي ذلك عنه. وقال عمر بن الخطاب رضي الله عنه: من ولي من أمر المسلمين شيئا فولى رجلا لمودة أو قرابة بينهما، فقد خان الله ورسوله والمسلمين وهذا واجب عليه فيجب عليه البحث عن المستحقين للولايات، من نوابه على الأمصار، من الأمراء الذين هم نواب ذي السلطان، والقضاة، ومن أمراء الأجناد ومقدمي العساكر والصغار والكبار، وولاة الأموال من الوزراء والكتاب والشادين والسعاة على الخراج والصدقات، وغير ذلك من الأموال التي للمسلمين. وعلى كل واحد من هؤلاء، أن يستنيب ويستعمل أصلح من يجده، وينتهي ذلك إلى أئمة الصلاة والمؤذنين، والمقرئين، والمعلمين، وأمير الحاج، والبرد، والعيون الذين هم القصاد، وخزان الأموال، وحراس الحصون، والحدادين الذين هم البوابون على الحصون والمدائن، ونقباء العساكر الكبار والصغار، وعرفاء القبائل والأسواق، ورؤساء القرى الذين هم الدهاقون. فيجب على كل من ولي شيئا من أمر المسلمين، من هؤلاء وغيرهم، أن يستعمل فيما تحت يده في كل موضع، أصلح من يقدر عليه، ولا يقدم الرجل لكونه طلب الولاية، أو يسبق في الطلب. بل  ذلك سبب المنع، فإن في الصحيحين عن النبي صلى الله عليه وسلم: {أن قوما دخلوا عليه فسألوه الولاية , فقال : إنا لا نولي أمرنا هذا من طلبه}.

c)     Bagaimana hukumnya GOLPUT ketika sulit untuk menemukan CALEG yang dianggap layak ?
Jawab :
Karena hukum memilih pemimpin (Nasbul imamah) adalah wajib, maka hukum GOLPUT adalah haram.

&   Referensi :

&          أصول الفقه الإمام محمد أبى زهرة ص: 288 دار الفكر العربى
وبهذا يتبين تحقيق الفروض الكفائية واجب على الجميع وكل بقدر ما تهيئه له قدرته فالقادر عليه أن يقوم بالعمل بالفعل وغير القادر عليه أن يمكن القادر وبذلك يكون تحقق العمل قد وقع من الجميع في الجملة وتصدق كلمة جمال الدين الحلى من أن من لم يقم بالفعل يعد قد قام به بقيام غيره بهذا الفعل اهـ
&          البحر المحيط الجزء الأول ص : 197-198
(المسألة) الرابعة (التكليف بفرض الكفاية منوط بالظن لا بالتحقيق) التكليف به منوط بالظن لا بالتحقيق فإن ظن أنه قام به غيره سقط عنه الفرض وإن أدى ذلك إلى أن لا يفعله أحد وإن ظن أنه لم يقم به غيره وجب عليه فعله وإن أدى ذلك إلى فعل الجميع كذا قاله الإمام في المحصول مستدلا بأن تحصيل العلم بأن الغير هل يفعل أو لا غير ممكن إنما الممكن تحصيل الظن ولك أن تقول الوجوب على الكل معلوم فلا يسقط إلا بالعلم وليس منه تكليف بما لا يمكن لأن الفعل يمكن إلى حصول العلم ثم نقول إنما لا يمكن العلم بعدم فعل الغير بالنسبة إلى الزمن المستقبل في المثال الذي ذكره لأنه قال: لو غلب على ظنها أن غيرها يقوم بذلك ويكون قوله: سقط أي في الظاهر أما بالنسبة إلى الماضي فيمكن العلم القطعي
&          سبعة كتب مفيدة ص 12
(والثاني وهو فرض الكفاية) ما إذا قام به البعض سقط الحرج عن الباقين ان حصل المقصود بفعل البعض رخصة وتخفيفا ........... واعلم أن التكليف في الفرض الكفاية موقوف على وصول الظن الغالب وإن غلب على ظن جماعة أن غيرهم يقوم بذلك سقط عنها الطلب وإن غلب أن كل طائفة لاتقوم به وجب على كل طائفة القيام به.

Minggu, 01 April 2018

Hukum Berpartai


Akhir-akhir ini di negara kita telah banyak bermunculan berbagai partai baru, malah dalam kalangan umat Islam sendiri berdiri atas beberapa partai, sehingga situasi seperti ini telah dibuat kesempatan oleh sebagian warga yang berkedudukan partai lama, ikut bekecimpung dalam partai baru.

Pertanyaan :
a.      Bagaimana hukumnya kita berpartai ?.
b.      Bagaimana hukum  mengambil gaji dari partai lama, padahal ia sudah berkecimpung dalam partai lain ?.
c.       Dan bagaimana hukumnya menerima gaji dari partai baru ?.
(PMH sarang)

Jawaban a. :
Hukumnya Fardlu Kifayah, kalau memang :
a.      Berpartisipasi.
b.      Partainya bertujuan menegakkan agama Islam.
c.       Tidak menimbulkan perpecahan, sedangkan simpati pada partai tersebut hukumnya Fardlu ‘Ain.

Referensi : 1. Fatawa Syaikh Kisyik Juz.I Hal.141.
                          2. Syarhul Jadid Li Jauharotit Tauhid Hal. 157.
                          3. Imamatul ‘Udhma Hal. 158.
                          4. Bughyatul Mustarsyidin  Hal. 251.
                          5. Wahdatul Ummah Al Islamiyyah Hal. 48 – 49.

1-وفى فتاوى الشيخ كشك للشيخ عبد الحميد كشك ما نصه :
موقف الإسلام من الأحزاب ليس رفضا مطلقا او اباحة مطلقة انما يتحدد الموقف من الأحزاب السياسية فى النظرة الإسلامية بالموقف الذى تفقه هذه الأحزاب ذاتها من مبادئ الإسلام السياسية والإقتصادية والإجتماعية وبصفة عامة مبادئ الإسلام المتعلقة بتنظيم الحياة العامة فى الدولة وقد سئل ابن تيمية عن موقف الإسلام من الأحزاب السياسية فأجاب بأن الأحزاب التى تدعو الى خير وحق ويؤدى وجودها الى تحقيق مصالح الناس تدخل فى نطاق قوله تعالى عن المؤمنين {أولئك حزب الله ألا ان حزب الله هم المفلحون} وان الأحزاب التى

تقوم على محاداة الله ورسوله تدخل فى وصف الله سبحانه وتعالى للضالين بأنهم {حزب الشياطين}.  

2-وفى شرح الجديد لجوهرة التوحيد ما نصه :
المعنى أنه يجب وجوبا كفائيّا على جماعة المسلمين أن ينصبوا عليهم إماما يقوم بتنفيذ أحكامهم وإقامة حدودهم وسدِّ ثُغورهم . وتجهيز جيوشهم وأخذ صدقاتهم وقهر المتغلّبة والمتلصّصة وقطّاع الطريق واقامة الجمعة والاعياد وقطع المنازعات الواقعة بين العباد وقبول الشهادات القائمة على الحقوق وتزويج الصغار والصغائر الذين لا أولياء لهم وقسمة الغنائم اهـ.

3-وفى إمامة العظمى ما نصه :
قلنا الإمامة وسيلة الى إقامة الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر بمفهومه الواسع – وهذا واجب على أفراد الأمة الإسلامية حيث انه لا يمكن به على وجه الأكمل إلا بعد تنصيب إمام للمسلمين يقودهم وينظمونهم طريق الوصول الى القيام بهذا الواجب اهـ.

4-وفى بغية المسترشدين للسيد عبد الرحمن بن محمد بن حسين بن عمر ما نصه :
{مسئلة ج} ونحوه أى الأمر بالعروف والنهي عن المنكر قطب الدين فمن قام به من أيّ المسلمين وجب على غيره إعانته ونصرته ولا يجوز لأحد التقاعد عن ذلك والتغافل عنه وإن علم أنه لا يفيد.
  
5-وفى وحدة الأمة الإسلامية للشيخ الدكتور زكريا عبد الرزاق المصري ما نصه :
وعند ما تغفل الأمة عن قضية الولاء فيما بينها يدب فيها الضعف والتفكك فيطمع فيها الأعداء على اختلاف أصنافهم ومذاهبهم وتياراتهم للإجهاز على هذه الأمة وتقطيع أوصالها وتحويلها الى خلايا حية فى أجساد أعدائها كما تتحول الأطعمة فى المائدة الى خلايا فى جسد المتحلقين عليها من الأكلين كما أخبر النبى صلى الله عليه وسلم  عن هذه الحقيقة الصارخة والماثلة امام أعيننا بكل وضوح نحس بها فى الليل وفى النهار فى السر وفى العلانية بقوله :
" يوشك أن تداعى عليكم الأمم كما تداعى الأكلة الى قصعتها قالوا : أمن قلة نحن يومئذ يا رسول الله ؟ قال : بل أنتم كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل – اى مفككون لا محبة ولا مناصرة فيما بينكم – ولينـزعن الله المهابة من صدور عدوكم منكم وليقذفن الله فى قلوبكم الوهن، قيل : وما الوهن يا رسول الله، قال : حب الدنيا وكراهية الموت "، وحب الدنيا يؤدى الى التنافس عليها مما يجر الى التباغض بين المتنافسين، وكراهية الموت يؤدى الى الجبن عن التناصر حبا فى السلامة، فيكون الضعف والهوان والذل وطمع العدو فيهم بسبب زوال هيبة المؤمنين من قلوب أعدائهم بتعدد ولائهم وتفكك أواصرهم وانفصال أجزاء جسدهم بعضها عن بعض فيتجرأ عليهم العدو كما تتجرأ القطط على سبع مقطع الأوصال لا رأس له ولا أطراف .
ومن هنا جاء النكير الشديد فى القرآن الكريم وفى السنة النبوية على الفرقة والنـزاع والخلاف المؤدى الى التناحر والتدابر والتكفي والإستنصار على المؤمنين بغير المؤمنين لما يؤدى اليه ذلك من هدم كيان الأمة وتطويعه للكفر وأهله .اهـ   
        
*) Catatan :
    Membentuk pimpinan hukumnya Fardlu Kifayah, sedangkan di negara kita – Indonesia – partai adalah satu-satunya sarana untuk membentuk pimpinan sekaligus sebagai salah satu sarana Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang efektif terhadap pemerintah karena DPR sebagai kepanjangan tangan partai kedudukannya seimbang dengan pemerintah. Kesimpulan inilah yang dibuat acuan jawaban diatas وللوسائل حكم المقاصد  .

Jawaban b. :
·         Hukumnya HALAL, apabila gajinya dari pemerintah.
·         Dan HARAM, kalau memang gajinya dari donatur yang menyaratkan tidak berkecimpung pada partai lain.

Referensi : 1. Ihya’ ‘Ulumuddin Juz II  hal. 153.
                          2. Bughyatul Mustarsyidin Hal. 273.
                          3. Hamisy syarhirroudl Juz II  Hal. 412.
                          4. Al Majmu' Juz III  Hal. 127.
1-وفى إحياء علوم الدين للإمام الغزالى  ما نصه :
ولنفرض المال من الأموال المصالح كأربعة أخماس الفيء والموارث فإنما أداه مما قد تعين مستحقه إن كان من وقف أو صدقة أو خمس فيء أو خمس غنيمة وما كان من ملك السلطان مما أحياه أو اشتراه فله أن يؤتي ما شاء لمن شاء ، وانما النظر فى الأموال الضائعة وما للمصالح فلا يجوز صرفه إلا الى من فيه مصلحة عامة أو هو محتاج اليه عاجز عن الكسب فأما الغني الذى لا مصلحة فيه فلا يجوز صرف مال بيت المال اليه هذا هو الصحيح وإن كان العلماء قد اختلفوا فيه اهـ

2-وفى بغية المسترشدين للسيد عبد الرحمن بن محمد بن حسين بن عمر  ما نصه :
{مسئلة ى} أرزاق القضاة كغيرهم من القائمين بالمصالح العامة من بيت المال يعطى كل منهم قدر كفايته اللائقة من غير تبذير فإن لم يكن أو استولت عليه يد عادية ألزم بذلك مياسير المسلمين وهم من عنده زيادة على كفاية سنة .

3-وفى هامش شرح الروض ما نصه :
لو استأجر بالإمامة ولو لنافلة كالتراويح لم يصح (قوله لو استأجر إلى آخره) ظن بعضهم أن الجامكية على الإمامة والطلب ونحوهما من باب الإجارة حتى لا يستحق شيئا إذا أخل ببعض آياته أو الصلاة وليس كذلك بل هو من باب الإرصاد . والأرزاق المبني على الإحسان والمسامحة بخلاف الإجارة فإنها من باب المعاوضة ولهذا يمتنع أخذ الأجرى على القضاء ويجوز أرزاقه من بيت المال عن الإجتماع .

4-وفى المجموع على شرح المهذب للإمام زكريا محى الدين بن شرف النووى  ما نصه :
قال صاحب الذخائر : الفرق بين الرزق والأجرة أن الرزق أن يعطيه كفايته هو وعياله والأجرة ما يقع به التراضى .
    

Jawaban c :
dapat difaham pada jawaban B.