menubar

MIS BAREGBEG "Membangun karakter bangsa yang inovatif, kreatif, dan kompetitif" - PPDB MIS BAREGBEG Tahun Pelajaran 2024/2025 Menerima Siswa/i Baru dan Pindahan - KLIK UNTUK MENDAFTAR
Tampilkan postingan dengan label QURBAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label QURBAN. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 April 2014

QURBAN


1. Pengertian dan sejarah Qurban
Asal kata Qurban itu dari bahasa Arab :
قَرُبَ - يَقْرُبُ - قُرْبًا وَ قُرْبَانًا وَ قِرْبَانًا. المنجد
Yang artinya : "Mendekat/pendekatan".
Sedang pengertian Qurban, menurut agama sesuai dengan asal katanya, yaitu, "Usaha pendekatan diri dari seorang hamba kepada Penciptanya dengan jalan menyembelih binatang ternak dan dilaksanakan dengan tuntunan, dalam rangka mencari ridla-Nya".
Firman Allah SWT :
لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلاَ دِمَآؤُهَا وَلكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوى مِنْكُمْ، كَذلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبّرُوا اللهَ عَلى مَا هَديكُمْ، وَ بَشّرِ اْلمُحْسِنِيْنَ. الحج:37
Daging-daging unta itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridlaan) Allah dan tidak (pula) darahnya, tetapi taqwa dari pada kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah atas hidayah-Nya kepada kamu, dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. [QS. Al-Hajj : 37]
2. Hukum dan keutamaan Qurban
Menyembelih qurban pada hari raya 'Iedul Adha dan hari Tasyriq (tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah) ini, hukumnya adalah Sunnah Muakkad.
Namun bila melihat hikmat dan atsar/bekas yang dapat dicerap dari ibadah qurban ini terhadap jiwa seseorang, maka bagi orang yang faham agama tentu tidak akan berhenti pada formal hukum begitu saja dan melewatkan kesempatan yang demikian besar nilainya di sisi Allah SWT. Nabi SAW bersabda :
مَا عَمِلَ ابْنُ ادَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً اَحَبَّ اِلَى اللهِ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَ اِنَّهُ لَتَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ اَظْلاَفِهَا وَ اَشْعَارِهَا وَ اِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ عَلَى اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا. ابن ماجه و الترمذى، فى نيل الاوطار 5: 123
Tidak ada amal anak Adam pada hari Nahr ('Iedul Adha) yang paling disukai Allah selain daripada menyembelih qurban, qurban itu akan datang kepada orang-orang yang melakukannya pada hari qiyamat seperti semula, yaitu lengkap dengan anggotanya, tanduk, kuku dan bulunya. Darah qurban itu lebih dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan Allah ‘Azza wa Jalla sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu, berqurbanlah dengan senang hati. [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 5, hal. 123]
عَنْ زَيْدِ بْنِ اَرْقَمَ قَالَ: قَالَ اَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ ص: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا هذِهِ اْلاَضَاحِيُّ؟ قَالَ: سُنَّةُ اَبِيْكُمْ اِبْرَاهِيْمَ. قَالُوْا: مَا لَنَا فِيْهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُلّ شَعَرَةٍ حَسَنَةٌ. ابن ماجه 2: 1045
Dari Zaid bin Arqam, ia berkata : Para shahabat Rasulullah SAW bertanya, "Ya Rasulullah, apakah udlhiyah itu ?". Jawab Nabi SAW, "Itulah sunnah ayahmu, Ibrahim". Mereka bertanya, "Apa yang kita peroleh dari udlhiyah itu, ya Rasulullah ?". Jawab beliau, "Pada tiap-tiap helai bulunya kita peroleh satu kebaikan". [HR. Ibnu Majah 2 : 1045].
Bahkan orang yang mampu tetapi tidak bersedia melaksanakan ibadah qurban, dilarang untuk mendekat/shalat bersama Nabi SAW di Mushalla beliau, sebagaimana sabdanya :
مَنْ وَجَدَ سَعَةً ِلاَنْ يُضَحّيَ فَلَمْ يُضَحّ فَلاَ يَقْرُبَنَّ مُصَلاَّناَ. احمد و ابن ماجه عن ابى هريرة
Barangsiapa yang mempunyai kemampuan untuk berqurban tetapi tidak mau melaksanakannya, maka janganlah ia dekat-dekat ke tempat shalat kami. [HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah].
3. Tata cara Qurban
a. Waktu penyembelihan :
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص يَوْمَ النَّحْرِ مَنْ كَانَ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَلْيُعِدْ. متفق عليه. وللبخارى. مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَاِنَّمَا يَذْبَحُ لِنَفْسِهِ. وَ مَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ وَ اَصَابَ سُنَّةَ اْلمُسْلِمِيْنَ. البخارى عن البراء، فى نيل الاوطار 5: 140
Dari Anas, ia berkata, Nabi SAW bersabda pada hari Nahr ('iedul Adha), "Barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat 'ied, maka hendaklah ia mengulangi". [Muttafaq 'alaih]. Dan bagi Bukhari : "Barangsiapa menyembelih sebelum shalat, maka sesungguhnya ia hanya menyembelih untuk dirinya sendiri (yakni tidak dinilai sebagai ibadah qurban), dan barangsiapa menyembelih sesudah shalat maka sempurnalah ibadah sembelihannya dan bersesuaianlah pelaksanaannya dengan sunnah kaum muslimin". [HR. Bukhari dari Al-Baraa', dalam Nailul Authar juz 5, hal. 140]
Berdasar riwayat dari Sulaiman Ibnu Musa dari Jubair Ibnu Muth'im bahwa Nabi SAW bersabda :
كُلُّ اَيَّامِ التَّشْرِيْقِ ذَبْحٌ. احمد، فى نيل الاوطار 5: 142
Setiap hari Tasyriq itu adalah hari menyembelih. [HR.Ahmad, dalam Nailul Authar juz 5, hal. 142]
Dan riwayat lain dari Ali RA yang semakna dengan yang tersebut diatas sebagai berikut :
اَيَّامُ النَّحْرِ يَوْمُ اْلاَضْحَى وَ ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ بَعْدَهُ. فى نيل الاوطار 5: 142
Hari menyembelih itu ialah Hari Raya 'Iedul Adha dan tiga hari sesudahnya. [Dalam Nailul Authar juz 5, hal. 142]
Dari hadits-hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa waktu yang sah untuk ibadah qurban adalah : "Sesudah shalat 'Ied hingga akhir hari Tasyriq (tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah)".
Adapun waktu pelaksanaan shalat 'Iedul Adha, sebagaimana sabda Nabi SAW :
قَالَ جُنْدَبٌ، كَانَ النَّبِيُّ ص يُصَلّى بِنَا يَوْمَ اْلفِطْرِ وَ الشَّمْسُ عَلَى قَيْدِ رُمْحَيْنِ وَ اْلاَضْحَى عَلَى قَيْدِ رُمْحٍ. احمد بن حسن
Telah berkata Jundab, "Adalah Nabi SAW shalat 'Iedul Fithri bersama kami, sedang matahari tingginya kadar dua batang tombak, dan (beliau shalat) 'Iedul Adha (diwaktu matahari) tingginya kadar satu batang tombak". [HR. Ahmad bin Hasan, dalam Nailul Authar]
Inilah waktu-waktu yang dituntunkan untuk melaksanakan ibadah qurban, sedang bila melaksanakan pada hari itu, namun sebelum selesai shalat 'Iedul Adha tersebut, maka yang demikian ini dinilai sebagai sedekah biasa dan tidak dinilai sebagai ibadah qurban.
b. Adab dan bacaan ketika menyembelih
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: ضَحَّى رَسُوْلُ اللهِ ص بِكَبْشَيْنِ اَمْلَحَيْنِ اَقْرَنَيْنِ. قَالَ: وَرَأَيْتُهُ يَذْبَحُهُمَا بِيَدِهِ وَ رَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا، قَالَ: وَ سَمَّى وَ كَبَّرَ. مسلم 3: 1557
Berkata Anas, "Rasulullah SAW telah menyembelih qurban dengan dua ekor kibasy yang bagus dan bertanduk". Ia (Anas) berkata, "Saya melihat beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri. Dan saya lihat beliau meletakkan kaki beliau diatas lambung/batang leher binatang itu”. Ia (Anas) berkata, "Beliau membaca Basmalah dan bertakbir : Bismillaahi walloohu Akbar. (Dengan nama Allah, dan Allah Maha Besar)". [HSR. Muslim juz 3, hal. 1557].
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص اَمَرَ بِكَبْشٍ اَقْرَنَ يَطَأُ فِى سَوَادٍ وَ يَبْرُكُ فِى سَوَادٍ وَ يَنْظُرُ فِى سَوَادٍ. فَاُتِيَ بِهِ لِيُضَحّيَ بِهِ، فَقَالَ لَهَا: يَا عَائِشَةُ، هَلُمّى اْلمُدْيَةَ. ثُمَّ قَالَ: اِشْحَذِيْهَا بِحَجَرٍ. فَفَعَلَتْ. ثُمَّ اَخَذَهَا وَ اَخَذَ اْلكَبْشَ فَاَضْجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ. ثُمَّ قَالَ: بِاسْمِ اللهِ اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ مِنْ اُمَّةِ مُحَمَّدٍ. ثُمَّ ضَحَّى بِهِ. مسلم 3: 1557
Dari ‘Aisyah bahwasanya Rasulullah SAW menyuruh mengambilkan kambing yang bertanduk, hitam kakinya, hitam perutnya, hitam sekeliling matanya. Lalu kambing itu didatangkan untuk disembelih. Maka beliau SAW bersabda, “Hai ‘Aisyah, ambilkanlah pisau”. Beliau bersabda lagi, “Asahlah pisau itu dengan batu”. Kemudian ‘Aisyah melaksanakannya. Kemudian beliau mengambil pisau dan kambing tersebut, lalu membaringkannya untuk menyembelihnya. Beliau membaca, “Bismillaahi Alloohumma taqobbal min Muhammadin wa aali Muhammadin wa min ummati Muhammadin (Dengan nama Allah, ya Allah, terimalah dari Muhammad, keluarga Muhammad dan dari ummat Muhammad)”. Kemudian beliau menyembelihnya. [HR. Muslim juz 3, hal. 1557]
فَاِذَا قَتَلْتُمْ فَاَحْسِنُوا اْلقِتْلَةَ وَ اِذَا ذَبَحْتُمْ فَاَحْسِنُوا الذّبْحَةَ فَاِنَّ اللهَ اَوْجَبَ اْلاِحْسَانَ عَلَى كُلّ شَيْئٍ. ابو داود
Maka apabila kamu membunuh, berlaku ihsanlah (bunuhlah dengan cara yang sebaik-baiknya). Dan apabila kamu menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik/ihsan (pula), karena Allah mewajibkan kebaikan (ihsan) atas tiap-tiap sesuatu. [HR. Abu Dawud].
عَنْ شَدَّادِ بْنِ اَوْسٍ قَالَ: ثِنْتَانِ حَفِظْتُهُمَا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص. قَالَ: اِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلاِحْسَانَ عَلَى كُلّ شَيْءٍ. فَاِذَا قَتَلْتُمْ فَاَحْسِنُوا اْلقِتْلَةَ وَ اِذَا ذَبَحْتُمْ فَاَحْسِنُوْا الذَّبْحَ وَ لْيُحِدَّ اَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ. مسلم 3: 1548
Dari Syaddad bin Aus, ia berkata : Dua hal yang aku hafal dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik pada segala sesuatu. Maka apabila kalian membunuh, bunuhlah dengan baik. Dan apabila kalian menyembelih, sembelihlah dengan baik, hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan pisaunya, dan mudahkanlah penyembelihannya”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1548]
c. Syarat-syarat binatang qurban
1.  Binatang yang diperuntukkan qurban sepanjang tuntunan Rasulullah SAW adalah : Unta, lembu, dan kambing. Dan kadar masing-masing berdasar dhahir hadits/riwayat :
* 1 ekor kambing untuk seorang bersama ahli rumahnya.
     * 1 ekor lembu untuk 7 orang beserta ahli rumahnya.
     * 1 ekor unta untuk 7 - 10 orang dan ahli rumahnya.
عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: سَاَلْتُ اَبَا اَيُّوْبَ اْلاَنْصَارِيَّ: كَيْفَ كَانَتِ الضَّحَايَا فِيْكُمْ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص؟ قَالَ: كَانَ الرَّجُلُ فِى عَهْدِ النَّبِيّ ص يُضَحّى بِالشَّاةِ عَنْهُ وَ عَنْ اَهْلِ بَيْتِهِ. فَيَأْكُلُوْنَ وَ يُطْعِمُوْنَ حَتَّى تَبَاهَى النَّاسُ فَصَارَ كَمَا تَرَى. ابن ماجه و الترمذى و صححه، فى نيل الاوطار 5: 136
Dari 'Atha' bin Yasar dia berkata : Saya bertanya kepada Abu Ayyub Al-Anshari, "Bagaimanakah udlhiyah yang dilakukan di masa Rasulullah SAW ?". Jawabnya, "Seorang laki-laki di zaman Rasulullah SAW menyembelih seekor kambing untuknya dan untuk ahli baitnya (rumah tangganya), lalu mereka makan dagingnya itu dan memberi makan kepada orang lain, sehingga manusia bermegah-megah dengan qurban itu sampai kepada keadaan yang engkau saksikan sekarang ini". [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, dan ia menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 5, hal. 136].
عَنْ جَابِرٍ: نَحَرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص عَامَ اْلحُدَيْبِيَّةِ اْلبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَ اْلبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ. مسلم
Dari Jabir, “Kami telah menyembelih qurban bersama Rasulullah SAW pada tahun Hudaibiyah, seekor unta untuk 7 orang dan seekor lembu untuk 7 orang". [HR Muslim].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيّ ص فِى سَفَرٍ فَحَضَرَ اْلاَضْحَى فَذَبَحْنَا اْلبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَ اْلبَعِيْرَ عَنْ عَشْرَةٍ. الخمسة الا ابا داود
Dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Dulu kami pergi bersama Rasulullah SAW, lalu tiba Hari Raya 'Iedul Adha, maka kami menyembelih qurban seekor lembu untuk tujuh orang dan seekor unta (ba'ir) untuk sepuluh orang". [HR. Khamsah, kecuali Abu Dawud].
عَنْ اَبِى رَافِعٍ رض قَالَ: ضَحَّى رَسُوْلُ اللهِ ص بِكَبْشَيْنِ اَمْلَحَيْنِ مَوْجُوْءَيْنِ خَصِيَّيْنِ. احمد فى نيل الاوطار: 5: 135
Dari Abu Rafi’ RA, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah berqurban dua ekor kambing kibasy yang bagus yang dikebiri”. [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 5, hal. 133]
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: ضَحَّى رَسُوْلُ اللهِ ص بِكَبْشَيْنِ سَمِيْنَيْنِ عَظِيْمَيْنِ اَقْرَنَيْنِ مَوْجُوْءَيْنِ. احمد، فى نيل الاوطار 5: 135
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata : Rasulullah SAW menyembelih qurban dengan dua kambing kibasy yang gemuk, besar, bertanduk yang dikebiri. [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 5, hal. 135]
Catatan :
Masing-masing orang yang turut andil dalam qurban dengan unta/lembu tidak harus sama biaya yang dikeluarkannya, yang penting seekor lembu untuk tujuh orang dan seekor unta digunakan bagi 7-10 orang.
Tentang qurban urunan kambing yang biasa dilakukan disekolah-sekolah/kantor, sampai kini kami masih berpendapat : Bahwa hal itu tidak dapat dianggap sebagai ibadah qurban, melainkan tetap sebagai latihan qurban, yang pahalanya adalah sedekah biasa.
2. Tidak sah berqurban dengan binatang yang :
a.  Rusak matanya (buta, juling/kero) sebelah atau kedua-duanya.
b.  Terlalu kurus, tak bergajih/terlalu tua tak bersumsum lagi atau patah tanduk/putus telinganya.
c.  Sakit.
d.  Pincang.
Sebagaimana hadits di bawah ini :
عَنِ اْلبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رض قَالَ: قَامَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ ص فَقَالَ: اَرْبَعٌ لاَ تَجُوْزُ فِى الضَّحَايَا. اَلْعَوْرَاءُ اْلبَيّنُ عَوَرُهَا، وَ اْلمَرِيْضَةُ اْلبَيّنُ مَرَضُهَا، وَ اْلعَرْجَاءُ اْلبَيّنُ ضَلَعُهَا وَ اْلكَبِيْرَةُ الَّتِى لاَ تُنْقِى.  الخمسة و صححه الترمذى و ابن حبان، بلوغ المرام
Dari Baraa' bin 'Azib RA, ia berkata : Nabi SAW berdiri diantara kami dan bersabda, "Empat macam yang tidak boleh pada binatang qurban, yaitu: 1. Buta sebelah yang nyata butanya. 2. Yang sakit nyata sakitnya, 3. Yang pincang yang nyata pincangnya, dan 4. Yang tua yang tidak mempunyai sumsum". [HR. Khomsah, dan disahkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dalam Bulughul Maram].
عَنْ عَلِيّ رض قَالَ: اَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ نَسْتَشْرِفَ اْلعَيْنَ وَ اْلاُذُنَ وَ اَنْ لاَ نُضَحّيَ بِمُقَابِلَةٍ وَ لاَ مُدَابَرَةٍ وَ لاَ شَرْقَاءَ وَ لاَ خَرْقَاءَ. الخمسة و صصحه الترمذى، فى نيل الاوطار 5: 133
Dari ‘Ali RA, ia berkata : Rasulullah SAW menyuruh kepada kami supaya memeriksa mata dan telinga, dan supaya kami tidak berqurban dengan binatang yang telinganya sobek dari bagian muka, yang telinganya sobek dari bagian belakang, yang telinganya sobek dari ujungnya, dan yang berlubang di tengahnya”. [HR. Khomsah, dan dishahihkan oleh Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 5, hal. 133]
عَنْ عَلِيّ رض قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ يُضَحّيَ بِاَعْضَبِ اْلقَرْنِ وَ اْلاُذُنِ. الخمسة وصححه الترمذى، فى نيل الاوطار 5: 131
Dari Ali RA, ia berkata, "Rasulullah SAW melarang seseorang berqurban dengan binatang yang tanduknya atau telinganya hilang separo atau lebih". [HR. Khamsah, disahkan oleh Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 5, hal. 131].
3.  Keadaan masing-masing binatang qurban itu telah Musinnah (giginya telah berganti/powel). Dan hal ini terjadi pada :
Kambing yang berumur 1 tahun masuk tahun ke 2, lembu yang berumur 2 tahun masuk tahun ke 3 dan unta yang berumur 5 tahun masuk tahun ke 6. Kecuali bila terpaksa sekali, maka bolehlah berqurban dengan kambing yang jadza'ah (berumur cukup 1 tahun). Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir sebagai beriktut :
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص لاَ تَذْبَحُوْا اِلاَّ مُسِنَّةً اِلاَّ اَنْ يَعْسُرَ عَلَيْكُمْ فَتَذْبَحُوْا جَذَعَةً مِنَ الضَّأْنِ. مسلم 3: 1555
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kamu menyembelih untuk qurban melainkan yang Musinnah (telah berganti gigi) kecuali jika sukar didapati, maka boleh kamu menyembelih jadza'ah (yang berumur 1 tahun) dari kambing”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1555].
4. Pembagian daging Udlhiyah
Pembagian daging udlhiyah itu ialah sebagian untuk yang berqurban, sebagian untuk dihadiahkan, dan sebagian diberikan kepada fakir miskin. Ibnu Abbas ketika menerangkan sifat Nabi SAW ketika berqurban sebagai berikut :
وَ يُطْعِمُ اَهْلَ بَيْتِهِ الثُّلُثَ وَ يُطْعِمُ فُقَرَاءَ جِيْرَانِهِ الثُّلُثَ وَ يَتَصَدَّقُ عَلَى السُّؤَالِ بِالثُّلُثِ. المغنى 3: 582
Dan beliau (Rasulullah SAW) memberi makan ahlul baitnya sepertiga, memberi makan orang-orang fakir tetangganya sepertiga, dan beliau mensedekahkan kepada para peminta sepertiga. [Al-Mughni 3 : 582].
5. Daging Udlhiyah tidak boleh diberikan debagai upah
Daging udlhiyah itu tidak boleh diberikan sebagai upah kepada yang menyembelih. Di dalam hadits disebutkan :
عَنْ عَلِيّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ رض قَالَ: اَمَرَنِى رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ اَقُوْمَ عَلَى بُدْنِهِ وَ اَنْ اُقَسّمَ لُحُوْمَهَا وَ جُلُوْدَهَا وَ جِلاَلهَاَ عَلَى اْلمَسَاكِيْنِ وَ لاَ اُعْطِيَ فِىْ جَزَارَتِهَا شَيْئًا مِنْهَا. البخارى و مسلم، بلوغ المرام
Dari Ali bin Abi Thalib RA, ia berkata, "Saya diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk mengurus qurban-qurban dan supaya saya bagikan daging, kulitnya dan pelananya kepada fakir miskin, dan tidak (boleh) saya memberikan sesuatu sebagai upah dari padanya untuk orang yang menyembelih". [HR. Bukhari dan Muslim, dalam Bulughul Maram].
6. Larangan menjual daging Udlhiyah
عَنْ قَتَادَةَ بْنِ النُّعْمَانِ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: لاَ تَبِيْعُوْا لُحُوْمَ اْلهَدْيِ وَ اْلاَضَاحِىّ فَكُلُوْا وَ تَصَدَّقُوْا وَ اسْتَمْتِعُوْا بِجُلُوْدِهَا وَ لاَ تَبِيْعُوْهَا، وَ اِنْ اُطْعِمْتُمْ مِنْ لَحْمِهَا فَكُلُوْا اِنْ شِئْتُمْ . احمد 5: 478، رقم: 16211
Dari Qatadah bin Nu’man, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Janganlah kalian menjual daging-daging Hadyi (denda hajji) dan daging udlhiyah (qurban), makanlah dan sedeqahkanlah dan manfaatkanlah kulitnya, dan janganlah kalian menjualnya. Dan apabila kalian diberi dagingnya, maka makanlah jika kalian mau”. [HR. Ahmad 5 : 478, no. 16211]
~oO[ A ]Oo~